KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kripto sebagai aset investasi bisa lebih aman setelah adanya Bursa Kripto. Namun, ekosistem bursa yang lebih matang diperkirakan baru tercipta di awal tahun 2024. Seperti diketahui, Bursa Kripto baru diresmikan pada akhir bulan lalu yaitu tepatnya 28 Juli 2023. Bursa Kripto berada di bawah entitas PT Bursa Komoditi Nusantara. Sementara, kliring bursa kripto adalah PT Kliring Berjangka Indonesia, dan pengelola tempat penyimpanan aset kripto adalah PT Tennet Depository Indonesia. Para Calon Pedagang Fisik Aset Kripto (CPFAK) sejauh ini masih dalam tahap pendaftaran ulang ke Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti). Bappebti mencatat ada 30 calon pedagang aset kripto yang bakal tergabung di dalam Bursa Kripto.
Baca Juga: Apa Itu Mata Uang Kripto? Ini Jenis dan Cara Kerjanya CEO Triv Gabriel Rey mengatakan bahwa bursa kripto hadir untuk memberikan perlindungan kepada investor, sehingga kasus-kasus di luar negeri seperti FTX tidak terjadi di Indonesia. Bursa akan menjadi pihak yang mencatat transaksi dan sebagai pengawas kepada para pedagang kripto secara real-time. Namun, nasabah sebenarnya tetap akan bertransaksi melalui para pedagang kripto seperti Triv dan bukan bursa. Bappebti menargetkan bursa dan pedagang kripto akan terintegrasi penuh dalam tahun ini. “Kalaupun molor paling hanya sampai kuartal I-2024,” ungkap Gabriel kepada Kontan.co.id, Rabu (9/8).
Baca Juga: Bappebti: Investor Kripto Harus Perhatikan Aspek Legal dan Logis CEO Tokocrypto, Yudhono Rawis berharap kehadiran bursa kripto memang dapat menambah nilai bagi investor. Kehadiran bursa kripto seharusnya bisa memberikan jaminan keamanan untuk semua pihak yang bertransaksi. Oleh karena itu, Tokocrypto mengharapkan standardisasi yang lebih tinggi salah satunya bagi kualifikasi calon pedagang untuk nantinya dapat memastikan keamanan user. Kehadiran bursa kripto diharapkan juga bisa meningkatkan pertumbuhan industri agar transaksi dan jumlah investor semakin ramai. Bursa kripto berperan sebagai pusat perdagangan aset kripto dan mampu menciptakan likuiditas yang lebih tinggi untuk aset kripto. Pengembangan produk juga dapat menjadi pendorong penting untuk kembali menghidupkan pasar kripto di Indonesia. Berdasarkan data Bappebti, total investor kripto di Indonesia mencapai 17,54 juta orang hingga Juni 2023. Jumlah tersebut bertambah 14.000 orang atau meningkat 0,8% dibandingkan pada Mei 2023.
Baca Juga: Sah! OJK Resmi Punya Tambahan Dewan Komisioner Baru Hasan Fawzi dan Agusman Yudho mengungkapkan, ketika calon pedagang aset kripto sudah mendaftar sebagai anggota bursa, kemudian nanti bakal mendapatkan surat rekomendasi dari Bappebti, setelah itu baru akan dimulai integrasi sistem. “Jadi saat ini Bursa Kripto masih proses integrasi. Mungkin baru akan terlihat dalam lima bulan lagi,” kata Yudho dalam Media Gathering, Rabu (9/8). Sementara itu, biaya layanan transaksi di bursa kripto turut menjadi salah satu sorotan. Pasalnya, biaya layanan transaksi kemungkinan besar bakal ditanggung oleh nasabah. Yudho memandang wajar adanya biaya layanan tersebut mengingat tugas berat Bursa Kripto dalam menjamin keamanan nasabah. Yang terpenting, implementasi biaya layanan itu tidak dalam jumlah besar saat pertama kali diumumkan. Dengan demikian, dapat mendukung pertumbuhan industri kripto di Indonesia. “Semestinya biaya layanan minim, tetapi bursa tugasnya berat, mereka juga butuh pemasukan. Walau membebani nasabah, yang jelas manfaatnya lebih aman dalam bertransaksi,” kata Yudho.
Baca Juga: Intip Sentimen Pendorong Harga Bitcoin Pekan Ini Biaya layanan transaksi menjadi harga yang harus dibayar oleh nasabah, mengingat transaksi kripto bisa lebih aman karena memiliki badan yang mengawasi. Dengan demikian, investasi kripto diharapkan dapat menghindari adanya kecurangan atau bahkan tindakan kriminalitas seperti yang terjadi baru-baru ini.
Chief Marketing Officer (CMO) Wan Iqbal mengatakan bahwa perkembangan pesat kripto yang mulai dikenal sebagai aset investasi, memang perlu diimbangi dengan edukasi terkait risiko. Jadi investor dapat memahami ada risiko yang mesti ditanggung dalam berinvestasi aset kripto yang berisiko tinggi. “Modal investasi harus berasal dari uang yang disisihkan dan bukan termasuk aset panas, apalagi dana kebutuhan sehari-hari. Selain itu, investor setidaknya harus menyempatkan waktu untuk melakukan riset, sebelum mulai investasi,” imbuh Iqbal dalam kesempatan yang sama. Investor kripto sebagian besar adalah generasi Z dan milenial. Di Tokocrypto sendiri, porsi usia pengguna cukup bervariasi yakni sebagian besar pengguna berusia antara 18-30 tahun (56,7%), 31-45 tahun (33,9%), 46-55 tahun (9,4%). Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati