JAKARTA. Meski Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada tahun lalu bergairah dan mencatat rekor berkali-kali, hal tersebut tidak mendorong minat investor menggunakan fasilitas transaksi margin. Investor saat ini kurang tertarik untuk menggunakan fasilitas margin yang disediakan oleh perusahaan sekuritas. Sejumlah sekuritas mengaku, investornya kini lebih gemar menggunakan dana sendiri ketimbang menggunakan dana talangan dari fasilitas yang ditawarkan. PT Danareksa Sekuritas misalnya, sepanjang 2010 menyediakan dana sebesar Rp 700 miliar bagi nasabah ritel agar bisa membeli saham melalui transaksi margin. "Namun yang terserap hanya sekitar Rp 150 miliar," ujar
Head of Ritel Distribution Danareksa Sekuritas Sujadi Darmotinojo, Selasa (5/4).
Ia mengungkapkan, investor cenderung bersikap apatis terhadap fasilitas ini karena lebih suka memakai dana sendiri. "Persyaratan pengajuan tidak mudah, tapi banyak di antara mereka yang sudah kami
approve batal menggunakan fasilitas ini," keluh Sujadi. Walhasil pendapatan sekuritas di bisnis ini tidak optimal karena banyak dana nganggur. PT Panin Sekuritas Tbk (PANS) juga mengeluhkan hal yang sama, dari dana yang disediakan sepanjang 2010 sebesar Rp 500 miliar atau lebih kecil 30% dari tahun 2009, hanya 70% saja yang terserap. "Memang tidak maksimal, tapi penyerapan sebesar itu sudah lumayan bagus," kata Direktur Panin Sekuritas I Made Rugeh Ramia. Masih ketat, sekuritas pasang target konservatif Nicky Hosea Hogan, Presiden Direktur Reliance Securities Tbk (RELI) menilai, sepinya transaksi margin disebabkan ketatnya persyaratan yang harus dipenuhi oleh nasabah. "Sejak krisis 2008, pengajuan transaksi ini sangat ketat. Nasabah jadi segan menggunakan fasilitas," ujarnya. Di sekuritas asing ini, jumlah fasilitas yang berhasil cair pun hanya 70% dari Rp 100 miliar. Kalau pun menggunakan fasilitas margin, tidak dengan kekuatan penuh. Sekuritas saat ini memberikan fasilitas margin hingga 100% dari deposit investor atau dengan perbandingan 1:1. Sekedar catatan, tahun 2008 lalu, Danareksa pernah menyediakan dana hingga Rp 1,3 triliun. Namun sejak peraturan transaksi margin diperketat, minat investor menjadi turun. Padahal bunga transaksi yang dikutip dari setiap investor sangat kompetitif. Ketiga sekuritas ini mematok bunga antara 17%-18%. Kondisi ini memaksa sekuritas tidak memasang target yang terlalu tinggi. Danareksa kembali menyediakan dana Rp 700 miliar, Panin Sekuritas Rp 500 miliar. "Belum ada niat menambah, masih Rp 100 miliar, paalagi indeks masih
flat," kata Nicky. Genjot pendapatan
brokerage Tidak mau dana yang disiapkan tak bekerja, perusahaan sekuritas kembali memutar akal. Transaksi
brokerage akan kembali digenjot dengan mengajak nasabah dengan rekening pasif agar tertarik melakukan transaksi. “Danareksa akan bekerja dengan beberapa mitra dalam meningkatkan transaksi,” ujar Sujadi. Saat ini, sekuritas milik BUMN ini baru bekerjasama dengan PT Bank Danamon Tbk (BDMN). Dalam kerjasama ini, Danareksa akan menyewa tempat di cabang Danamon untuk memasarkan produk investasi. “Kami ingin menggaet nasabah perbankan menjadi investor,” jelasnya. Selain Danamon, Danareksa juga tengah menjajaki kerjasama dengan beberapa bank asing. “Masih pengkajian MOU, prosesnya diharapkan akan selesai cepat,” ujarnya berharap. Tak mau kalah, Reliance juga berharap bisa menggaet transaksi melalui online trading. “Persaingannya baru mulai, semakin banyak sekuritas yang menyediakan, maka fasilitas ini bisa tambah hidup,” ujar Nicky. Saat ini, Reliance memungut transaksi
online trading antara 0,15%-0,2%. Sedangkan Danareksa mematok
fee 0,17 dalam tiap transaksi. “Bisnis ini akan maksimal jika pengguna aktif mencapai 80%,” kata Sujadi. Dari sekitar 10.000 rekening yang terdapat dalam fasilitas
online D ONE, hanya sekitar 20% saja yang aktif melakukan transaksi.
Saat ini, Danareksa memiliki sekitar 30.000 rekening nasabah ritel. “Tapi hanya 30% saja yang aktif dengan jumlah transaksi mencapai Rp 130 miliar per hari,” tutur Sujadi. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: