Transaksi merger dan akuisisi hotel marak



HONG KONG. Bisnis hotel menjadi primadona para investor. Ketika pasar properti seperti perumahan dan perkantoran sepi terseret kelesuan ekonomi, bisnis hotel malah menjadi buruan bagi investor global.

Tak ayal, aksi akuisisi dan merger di bisnis perhotelan marak. Menurut data yang dikumpulkan Bloomberg, nilai transaksi merger dan akuisisi di industri perhotelan pada semester pertama tahun ini meningkat sekitar 18% menjadi US$ 20 miliar.

"Investor juga meningkatkan investasinya di luar negeri yakni mencapai 60% dari transaksi dalam lima tahun terakhir," tulis Margaret Huang dan Tim Chraighead, analis Bloomberg Intelligence.


Hotel-hotel di Asia paling menjadi bidikan. Baru-baru ini, hotel yang masuk dalam jaringan Hyatt di Hong Kong diakuisisi oleh New World Development.  Begitu juga dengan hotel-hotel di Asia lain yang dikelola Intercontinental, Starwood dan Accord, dijual serta dibeli oleh investor Asia dan Timur Tengah.

Maklum, pertumbuhan volume bisnis hotel di Asia pada semester pertama tahun ini mencatat kenaikan tertinggi, melebihi bisnis hotel di Amerika Serikat (AS).

Pada tahun lalu, pertumbuhan bisnis hotel di kawasan Asia Pasifik melonjak hingga 168%. Sementara itu, bisnis perhotelan di AS hanya tumbuh 51%, namun lebih baik dibandingkan dengan Eropa yakni sekitar 35%.

Tahun lalu, transaksi akuisisi dan merger bisnis perhotelan secara global tercatat senilai US$ 37 miliar dan mencetak rekor tertinggi. Maraknya aksi korporasi ini didorong oleh kenaikan pendapatan per kamar hotel

Booming wisatawan China

Beberapa kawasan regional seperti Jepang, India dan Thailand memanfaatkan peluang dari pertumbuhan wisatawan China.

Lalu, tiga ajang Olimpiade mendatang yang diselenggarakan oleh Korea, Jepang dan China ikut memotivasi investor mengambil alih bisnis perhotelan. Meningkatnya permintaan penginapan akan mengerek pendapatan per kamar yang diterima oleh hotel.

Investor juga fokus pada hotel-hotel yang menghasilkan margin keuntungan lebih baik. Transaksi hotel skala menengah meningkat di sepanjang tahun ini karena biaya operasionalnya relatif lebih sedikit ketimbang hotel bermerk mewah.  Para investor mengincar hotel yang harganya lebih rendah tapi dengan profitabilitas tinggi.

Di Negeri Paman Sam, saat ini sedang ramai konsolidasi bisnis perhotelan karena investor ingin menumbuhkan pendapatan dan memperluas jaringan operasional di tengah melambatnya pertumbuhan ekonomi AS. Di sisi lain, pertumbuhan tarif kamar hotel di AS masih konservatif.      

Editor: Yudho Winarto