JAKARTA. Volume transaksi minyak olein di Bursa Berjangka Jakarta (BBJ) dan Indonesia Commodity and Derivative Exchange (ICDX), menurun. Transaksi komoditas yang merupakan turunan dari crude palm oil (CPO) sepi karena banyak pemodal kembali terpukau emas. Maklumlah, selama Mei kemarin, emas kembali berfluktuasi. Jumlah kontrak olein yang diperdagangkan di BBJ selama Mei sebanyak 2.674 lot, turun 9,6% dibandingkan volume selama April. Sedang volume transaksi olein di ICDx turun 43% menjadi 80 lot. Padahal, di awal tahun, volume transaksi olein mencapai 1.429 lot. Akan tetapi, volume transaksi CPO jenis CPOTR di ICDX, naik 6% menjadi 70.602 lot. Direktur BBJ, Roy Sembel, menuturkan, penyebab penurunan volume olein adalah kenaikan harga emas. Banyak pemodal di BBJ melepas kontrak CPO dan beralih ke kontrak emas. “Ini wajar karena transaksi emas lebih menjanjikan saat ini,” ujar dia.Pengelola BBJ menilai, penurunan itu belum mengkhawatirkan. "Volume transaksi multilateral masih sesuai dengan target," tutur Roy.Head of Product Development ICDX, Retno Manuputty, menuturkan, minat bertransaksi kontrak olein merosot karena harga CPO jalan di tempat. Kebanyakan pemodal di ICDX juga lebih memilih mentransaksikan kontrak CPO, CPOTR.
“Kami masih akan melakukan sosialisasi dan edukasi dengan para pialang. Selain itu, kami juga mencari spekulan umum untuk komoditas ini,” tutur dia. Namun, Retno optimistis, target volume transaksi olein mencapai 7.500 lot, di akhir tahun. Harga CPO turun Ariana Nur Akbar, analis Monex Investindo Futures, menuturkan, tren jangka pendek CPO masih menurun. Secara fundamental, harga CPO bisa terangkat oleh kabar yang datang dari Malaysia, negeri penghasil terbesar kedua di dunia.Malaysia bermaksud mengurangi pasokan ke dunia. Penyebabnya, produksi CPO di Malaysia selama Juli, turun hingga di bawah 1,86 juta ton akibat gangguan cuaca. Ariana memprediksi, harga CPO akan meningkat menjelang bulan Ramadhan di awal Juli. Di masa puasa, permintaan CPO lazimnya meningkat tajam. Dia menduga harga CPO bisa ke kisaran RM 3.034 per ton-RM 3.151 per ton. “Volume transaksi di bursa berjangka juga akan naik lagi," kata dia. Berbeda dengan kontrak CPO, Ariana menilai, kontrak olein kurang diminati pemodal. Dia menduga, pemodal menjauh dari kontrak olein, karena turunan CPO tersebut termasuk komoditas yang banyak digunakan industri.