KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Layanan open banking melalui fitur
application programming Interface (API) di sejumlah bank terus mengalami peningkatan. Layanan ini berkontriubusi mendorong pendapatan berbasis komisi atau
fee based income (FBI) bagi bank. Dalam dua bulan pertama tahun ini, transaksi API sudah cukup menggembirakan. Contohnya, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) mencatatkan trasaksi BRI API Rp 10 triliun hingga akhir Februari 2021. Dari situ, perseroan berhasil mengantongi fee based income Rp 6 triliun. Besarnya transaksi tersebut tidak lepas dari peningkatan jumlah mitra yang terhubung dengan BRI API. "Hingga saat ini, sudah ada 225 perusahaan yang terhubung dengan BRI API," kata Direktur Digital dan Teknologi Informasi Indra Utoyo kepada Kontan.co.id, Selasa (16/3).
Sampai akhir tahun, BRI API ditargetkan bisa menorehkan transaksi sebesar Rp 48 triliun atau meningkat 11,6% dari tahun 2020 yakni Rp 43 triliun. Sementara fee based income dari layanan ini ditargetkan mencapai Rp 22 miliar, naik dari Rp 21 miliar tahun lalu.
Baca Juga: BTN targetkan pendapatan komisi bancassurance tumbuh hingga 135% tahun ini Untuk mendorong pertumbuhan transaksi BRI API, menurut Indra, BRI akan mengembangkan variasi produk dan fitur yang mengakomodir kebutuhan mitra dan ekosistem perseroan dengan proses integrasi yang lebih cepat namun tetap reliable dan aman. PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) juga mengalami hal serupa. Dalam dua bulan pertama tahun ini, bank ini meraup FBI sebesar Rp 21,5 miliar dari layanan API. Itu meningkat 69% dibandingkan periode yang sama tahun 2020 yang hanya mengantongi Rp 12,7 miliar. Pemimpin Divisi Jasa Transaksional BNI Agung Kurniawan mengatakan, API BNI telah menyediakan 238 layanan. Ada sebanyak 273 fintech dan e-commerce, serta lebih dari 3.000 mitra yang terdiri dari kelembagaan, institusi, nasional dan perusahaan multinational menggunakan layanan API tersebut. Pada tahun 2020, transaksi BNI API Corporate telah mencapai 100 juta lebih dengan volume lebih dari Rp 250 triliun. Fee based income dari layanan API ini berkontribusis 10% terhadap total fee based income bisnis transaksional BNI tahun lalu. Selain itu, kontribusinya juga ada pada dana murah dimana kontribusinya mencapai 15% terhadap total dana murah perseroan. Sampai akhir tahun 2021, BNI menargetkan transaksi maupun volume transaksi API meningkat 21% secara year on year (yoy). Sedangkan FBI diharapkan tumbuh 14% yoy. Untuk mencapai itu, BNI akan fokus menggunakan pendekatan customer-centric dengan membangun ekosistem, melalui pemberian total solution kepada segmen korporasi, komersial konsumer ritel sehingga tercipta close – loop transaction. Saat ini, BNI telah membangun integrasi ekonomi dan keuangan digital melalui interlink antara bank dan fintech serta e-commerce menggunakan standard open API seperti API KYC Financial, API BNIDirect, API Opening Account, API Sharing Biller, dan API One Gate Payment (API Corporate). Ke depannya, berbagai produk solusi API untuk nasabah korporasi, komersial, menengah serta kecil akan dikembangkan dinataranya API KYC Financial, API yang memudahkan proses penerimaan Pemerintah Pusat yang tidak berasal dari penerimaan perpajakan, API Autopay Fase 2 dan BNIDirect API.
Sementara Bank Mandiri yang baru meluncurkan layanan API pada kuartal III 2020 telah mencatatkan transaksi sebanyak 40 juta atau sekitar 4,7 juta transaksi setiap bulannya. Darmawan Junaidi, Direktur Utama Bank Mandiri mengatakan, saat ini sudah 350 mitra yang terdaftar dalam Mandiri API. Namun, ia tidak merinci total volume transaksi API tersebut dan kontribusinya terhadap fee based income perseroan. "Mandiri akan terus meningkatkan layanan pada API ini sesuai dengan kebutuhan nasabah dan mitra," pungkas Darmawan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi