KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Transaksi di pasar obligasi tahun depan diyakini masih akan meningkat disertai dengan prospek positif obligasi. Bursa Efek Indonesia (BEI) menyatakan hingga Agustus 2020, rata-rata transaksi harian di pasar obligasi Tanah Air berhasil tembus Rp 40 triliun per hari. Head of Economics Research Pefindo Fikri C Permana mengungkapkan, sentimen Covid-19 di awal tahun membuat pelaku pasar ketakutan dan melakukan switching ke instrumen investasi yang lebih aman yakni obligasi. "Tahun depan, surat utang korporasi akan lebih baik, ditambah lagi dengan yield saat ini yang cukup kompetitif dan menarik," kata Fikri kepada Kontan, Rabu (10/11).
Apalagi, Fikri menilai spread surat utang negara dan surat utang korporasi meningkat dibandingkan tahun lalu. Dia juga menekankan yield yang rendah dan kompetitif mampu mendorong harga obligasi naik dan itu menjadi sentimen positif bagi pasar obligasi Tanah Air ke depan.
Baca Juga: BEI optimistis prospek pasar obligasi tahun depan masih positif Adapun sentimen yang bakal menjaga prospek obligasi tetap positif tahun depan yakni tren yield surat utang negara (SUN) yang diyakini masih akan rendah. Hal ini sejalan dengan tingkat suku bunga acuan yang masih rendah. Di sisi lain, risiko nilai tukar juga bisa memberikan sentimen bagi pasar obligasi, khususnya pada SUN. Kondisi nilai tukar akan berdampak pada arus dana masuk atau cashflow di Tanah Air. Ada juga sentimen dunia usaha yang bakal mempengaruhi prospek pasar obligasi ke depan. Sebagai informasi, data BEI menunjukkan hingga Agustus 2020 sebanyak 71,76% kepemilikan obligasi negara dikuasai domestik, sedangkan 28,24% dikuasai asing. Komposisi kepemilikan asing tersebut tercatat turun dibandingkan 2019 yang mencapai 38,57%. Menariknya, untuk kepemilikan asing di surat utang korporasi per Agustus 2020 justru naik menjadi 7,73% dibandingkan catatan akhir 2019 yakni 7,53%. Dimana, untuk kepemilikan domestik hingga Agustus 2020 mencapai 92,27%. Fikri menilai, sempat turunnya kepemilikan asing di Surat Berharga Negara (SBN) awal tahun karena adanya pemindahan aset ke negara maju untuk mengantisipasi dampak Covid-19. Namun, dia meyakini penurunan hanya bersifat sementara, didukung aksi
private placement baru-baru ini yang bakal mendorong aliran dana asing kembali masuk. "Sampai akhir tahun, kepemilikan asing di SBN bisa ke 28% hingga 30% dan itu masih relatif sehat," tambahnya.
Apalagi, dengan kepemilikan domestik yang lebih dominan ketimbang asing di pasar obligasi Tanah Air tahun ini, Fikri semakin optimistis bahwa ke depan pasar keuangan Indonesia memiliki kemampuan untuk menjaga volatilitas. "Tahun depan, harusnya pasar obligasi Tanah Air lebih menarik dan investor asing masih akan banyak melirik, karena yield dan risiko di pasar kita masih terjaga baik," ungkapnya. Hingga akhir tahun, Fikri memprediksi yield untuk SUN tenor 10 tahun berada di kisaran 6,2% hingga 6,5%. Sedangkan untuk tahun depan diyakini mampu berada di bawah 6% dan mendorong harga obligasi naik dan semakin menarik untuk ditransaksikan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi