Transaksi Pasar Saham Sepi Gara-Gara Investor Wait and See



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Transaksi di pasar saham tanah air cenderung sepi. Per Jumat (10/3), rata-rata nilai transaksi harian (RNTH) di pasar saham hanya Rp 9,87 triliun. Angka ini turun dari rata-rata nilai transaksi harian bursa pada pengujung tahun lalu sebesar Rp 14,7 triliun.

Nilai transaksi ini juga jauh dari target RNTH sepanjang tahun 2023 yang mencapai Rp 14,75 triliun per hari.

Research Analyst Infovesta Kapital Advisori Arjun Ajwani menilai, sepinya transaksi pasar saham menunjukkan bahwa investor masih ragu untuk melakukan investasi di pasar saham. Menurut dia, terdapat sejumlah faktor yang membuat transaksi di pasar saham cenderung seret.


Faktor pertama datang dari ketidakpastian geopolitik dan ekonomi global saat ini, yang membuat pasar saham sangat volatile, bukan hanya pasar saham domestik tetapi juga pasar global. Tinggi kemungkinan resesi global tahun ini membuat investor ragu untuk masuk pasar saham. Tensi geopolitik yang sering muncul juga membuat investor asing panik dan mengakibatkan aliran dana asing yang volatile.

Baca Juga: IHSG Diprediksi Melanjutkan Pelemahan Pada Senin (13/3)

Di pasar saham Indonesia misalnya, investor asing mencatatkan aksi jual bersih alias net sell hingga Rp 1,21 triliun di pasar reguler sejak awal tahun alias secara year-to-date (ytd).

Faktor kedua datang dari ketidakpastian kebijakan bank Sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve yang memiliki pengaruh besar bagi pasar saham. Hal ini menimbulkan efek ketidakpastian dan keraguan investor terhadap pasar saham. Keraguan ini bisa dilihat dari tingkat pengembalian (return) pasar saham besar global yang terkoreksi.

“Menurut saya, di tengah ketidakpastian ini investor lebih memilih investasi kepada safe haven assets yang dianggap lebih aman dan menjaminkan seperti obligasi dan instrumen pasar uang,” kata Arjun kepada Kontan.co.id, Jumat (10/3).

Baca Juga: IHSG Diprediksi Bearish Jelang RDG BI

Di sisi lain, sentimen rilis kinerja keuangan emiten tahun 2022 yang mentereng serta sentimen pembagian dividen tidak berdampak banyak bagi pasar saham. Ini karena moncernya kinerja keuangan emiten tahun lalu sudah diproyeksi dan sesuai dengan ekspektasi. Pun demikian, relaksasi perdagangan bursa belum akan berdampak banyak ke transaksi bursa.

Sehingga, sentimen pasar saat ini lebih kepada situasi makro ekonomi global dan ketidakpastian tahun lalu yang membuat dampak negatif lanjut. Kata Arjun, fokus pasar dan investor saat ini adalah mencermati aksi The Fed dan perkembangan data ekonomi Amerika Serikat (AS). Menurut dia, situasi ini akan berlangsung sementara sampai paruh pertama 2023.

“Setelah kemungkinan kecil akan ada kenaikan suku bunga lagi dan ketidakpastian keputusan  bank sentral maupun dari sisi domestik atau global dari kebijakan The Fed,” sambung Arjun.

Setelah itu, pasar saham akan mengalami rebound. Dia memperkirakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencapai level 7.200-7.350 hingga akhir tahun ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati