KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Transaksi pasar uang antarbank (PUAB) kian meriah seiring dengan likuiditas yang kian mengetat dan suku bunga acuan yang tinggi. Berdasarkan data Bank Indonesia (BI) volume rata-rata harian (RRH) transaksi PUAB Rupiah overnight meningkat 4,1% secara bulanan atau
month to month (MoM) per Juni 2024 menjadi Rp 11,30 triliun diikuti kenaikan terbatas suku bunga IndOnia ke level 6,15%. Adapun, pada bulan sebelumnya, transaksi PUAB mencapai Rp 10,89 triliun dengan suku bunga rata-rata di level 6,11%.
"Posisi suku bunga IndOnia tercatat yang tertinggi dalam 12 bulan terakhir dengan volume RRH dalam tren naik sejak Maret 2024. Hal ini masih dipengaruhi oleh kondisi likuiditas perbankan yang memadai," tulis laporan BI dikutip Rabu, (28/8).
Baca Juga: Di Balik Kemeriahan Transaksi Antar Bank Pada periode yang sama, volume RRH transaksi PUAB valas overnight sebesar US$ 167 juta dengan suku bunga rata-rata relatif stabil di level 5,40%. Volume RRH PUAB valas tersebut mengalami kenaikan dibanding posisi bulan sebelumnya sebesar US$ 129 juta. BI memproyeksikan, pertumbuhan kredit yang tetap tinggi potensial mendorong kenaikan volume transaksi PUAB sebagai instrumen perbankan mengelola dan menjaga kebutuhan likuiditas. Sementara suku bunga IndOnia masih akan kembali bergerak terbatas sebagai respons kenaikan suku bunga acuan domestik pada April 2024 lalu. Pada saat yang sama PUAB valas diperkirakan masih dalam pergerakan yang semakin terbatas sejalan dengan suku bunga kebijakan global yang telah mencapai terminal rate dan potensial segera turun. Peningkatan pasar uang pun terlihat di sejumlah perbankan. Seperti PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk (BJTM) yang mencatat realisasi volume transaksi PUAB mencapai Rp 540 triliun sampai dengan Juli 2024 meningkat dibanding periode sama tahun sebelumnya yang sebesar Rp 391 triliun. Dengan rata-rata transaksi perbulannya mencapai Rp 78 triliun, dan suku bunga yang ditawarkan BJTM di pasar PUAB kurang lebih 6,10%,
rate 1
week 6,55%. "Pasar uang sudah back to normal, likuiditas lebih ketat jika dibandingkan dengan beberapa bulan sebelumnya. Dengan rata-rata likuiditas harian di bawah Rp 100 triliun per bulannya," jelas Direktur Keuangan, Treasury dan Global Services Bank Jatim Edi Masrianto kepada kontan.co.id, Selasa (27/8). Edi memproyeksikan, pasar uang akan tetap ketat. Dalam hal ini BI sebagai regulator telah menjalankan strategi salah satunya dengan menunjuk bank untuk menjadi primary dealer, salah satunya Bank Jatim.
Baca Juga: Bank Jatim Catat Volume Transaksi PUAB Capai Rp 250 Triliun per Juni 2024 "Diharapkan PD bisa menjadi
lender of the last resort bagi bank non PD sampai dengan sekarang, instrumen dengan
cost benefit terbaik masih di SRBI dengan tenor 6 bulan, 9 bulan & 12 bulan," katanya. Di samping itu, Bank Jatim terus mencari instrumen dengan
yield terbaik untuk optimalisasi
idle fund. Corporate Secretary Bank BTN, Ramon Armando menjelaskan, kenaikan nilai tukar dolar AS membuat perbankan memilih untuk menggunakan instrumen operasi pasar seperti pada instrumen SRBI dan SVBI untuk keperluan stabilisasi nilai tukar. "Hal ini menurut kami berpotensi mempengaruhi likuiditas di pasar keuangan. Namun sejauh ini berdasarkan pengamatan kami volume transaksi pada pasar uang antar bank masih cukup stabil. Bank Indonesia juga sedang mendorong perbankan untuk aktif dalam transaksi GMRA (Repo dan Reverse Repo) sesuai dengan kondisi likuiditas perbankan," ungkapnya. Ramon menyebut, realisasi volume Pasar Uang Antar Bank secara tahunan atau yoy di BTN meningkat signifikan, sementara terjadi juga peningkatan transaksi GMRA (Repo dan Reverse repo) sesuai dengan kondisi pasar dan likuiditas Bank BTN. Walau demikian, Ramon tidak membeberkan lebih dalam berapa realisasi peningkatannya. Menurutnya, suku Bunga Pasar Uang Antar Bank saat ini masih sesuai dengan pergerakan suku bunga harian pada
market, dan masih sesuai dengan Suku Bunga Acuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
Baca Juga: Likuiditas Mengetat, Transaksi Pasar Uang Antar Bank (PUAB) Kian Meriah Ia memperkirakan penempatan di instrumen Pasar Uang Antar Bank secara tahunan akan meningkat, diiringi dengan peningkatan transaksi GMRA (Repo dan Reverse Repo) dan akan disesuaikan dengan kondisi market dan kebutuhan likuiditas bank. Oleh karena itu, Bank BTN akan tetap memprioritaskan fungsi intermediasi sebagai strategi pertumbuhan sehingga transaksi antar bank merupakan strategi pemanfaatan likuiditas untuk mengoptimalkan pendapatan. Selain itu, kata Ramon, BTN akan terus menjaga likuiditas perbankan agar dapat memenuhi rasio-rasio likuiditas yang ditetapkan oleh regulator, sehingga tidak mengganggu investasi Bank. Di sisi lain, PT Bank Central Asia (BCA) melihat tren penurunan pada transaksi PUAB di BCA. Executive Vice President Corporate Communication and Social Responsibility BCA, Hera F. Haryn menyebut, penurunan transaksi PUAB terjadi seiring dengan likuiditas pasar yang lebih ketat. Hal ini didorong oleh ekspektasi pasar terhadap penurunan suku bunga acuan The Fed.
Baca Juga: Suku Bunga BI Naik, Transaksi PUAB Perbankan Diperkirakan akan Semakin Semarak Hera menuturkan, Bank dalam mengelola likuiditas akan memanfaatkan semua instrumen yang ada di pasar, tidak hanya dengan PUAB namun bisa juga dengan instrumen Repo. Ke depannya, penggunaan instrumen repo ini akan terus meningkat seiring dengan semakin berkembangnya pasar keuangan di Indonesia. "Pada prinsipnya, kami senantiasa akan mengelola likuiditas secara
prudent serta mempertimbangkan prinsip kehati-hatian dalam penerapan manajemen risiko. BCA berkomitmen untuk menjaga keseimbangan antara kecukupan likuiditas dengan ekspansi kredit yang sehat," tandasnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi