KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja bisnis remitansi perbankan masih melambat. Salah satunya dialami oleh PT Bank Mandiri Tbk (
BMRI). Frekuensi transaksi pengiriman uang internasional di bank pelat merah ini masih turun 7% pada kuartal I-2021.
SVP Retail Deposit Products and Solution Bank Mandiri Evi Dempowati mengatakan, penurunan ini masih merupakan lanjutan tren penurunan transaksi akibat kondisi pandemi Covid-19 yang dimulai sejak Maret 2020. "Namun, frekuensi transaksi sudah mengalami tren meningkat dari Oktober 2020 hingga saat ini, walaupun belum kembali ke level sebelum pandemi," kata dia pada Kontan.co.id, Rabu (7/4).
Negara-negara yang menjadi penyumbang terbesar transaksi remintasi Bank Mandiri adalah negara yang menjadi tujuan Pekerja Migran Indonesia (PMI) seperti Malaysia, Hong Kong, Arab Saudi, UAE dan Singapura. Evi bilang, sama seperti Indonesia, pertumbuhan transaksi di negara-negara tersebut pun mengalami perlambatan. Menurut dia, negara yang paling prospektif saat ini untuk bisnis remintasi adalah negara-negara di timur tengah. Bisnis perseroan di negara-negara tersebut masih mengalami pertumbuhan meskipun kondisi pasar secara umum mengalami penurunan yang cukup dalam.
Baca Juga: Meski ada stimulus, bank tetap kompak bentuk pencadangan kredit tahun ini Walau masih melambat, Bank Mandiri optimis bisnis remintansi masih bisa tumbuh tahun ini. Perseroan menargetkan transaksi remitansi tumbuh 20% dengan
fee based income naik 7%. Untuk mengoptimalkan bisnis ini, Bank Mandiri telah masuk jadi anggota Society for Worldwide Interbank Financial Telecommunication – Global Payment Innovation (SWIFT - GPI). SWIFT merupakan perusahaan global penyedia jaringan komunikasi finansial antar bank secara global dengan jumlah anggota lebih dari 11.000 institusi keuangan di lebih dari 200 negara di dunia. Sedangkan SWIFT-GPI adalah layanan inovasi SWIFT yang memungkinkan bank untuk menyediakan informasi transaksi
cross border nasabah secara transparan dan real time. Bergabungnya Bank Mandiri ke SWIFT-GPI akan semakin mendorong peningkatan volume transaksi remitansi perseroan. Pasalnya, transaksi akan semakin termonitor dan besaran biaya juga semakin transparan.
Buktinya, pada tahun lalu transaksi remitansi yang dilakukan nasabah di jaringan Bank Mandiri mencapai US$ 130,94 miliar, atau tumbuh 1,4% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Dari nominal transaksi tersebut, US$ 67,5 miliar merupakan transaksi valas ke luar negeri (
outgoing remittance) dan US$ 63,4 miliar adalah transaksi valas ke dalam negeri (
incoming remittance). “Kami bersyukur bahwa atas kepercayaan nasabah tersebut, layanan remitansi Bank Mandiri tahun lalu mencatatkan nominal transaksi tertinggi di Indonesia, baik
incoming maupun
outgoing, berdasarkan laporan terbaru SWIFT," pungkas Panji
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari