JAKARTA. Hingga perdagangan sore ini, rupiah masih terperosok ke level terlemah dalam enam pekan. Rupiah rontok 1,2% ke posisi Rp 9.203 per dollar AS pada pukul 16.16 di Jakarta. Di awal perdagangan, mata uang Garuda ini bahkan sempat menyentuh Rp 9.233 per dollar AS, level terlemah sejak 19 November lalu. Nilai tukar rupiah keok, karena kekhawatiran melambatnya pertumbuhan ekonomi global akibat terimbas krisis utang Eropa.Sentimen perlambatan ekonomi global menyebabkan surutnya permintaan aset negara berkembang. Harga obligasi tercatat melemah untuk hari yang keempat. Data Inter-Dealer Market Association menunjukkan, yield obligasi pemerintah yang jatuh tempo Mei 2022 naik tiga basis poin ke level 6,24%, sore ini.Isu Eropa kembali mencuat seiring rencana pertemuan Kanselir Jerman Angela Merkel dan Presiden Prancis Nicolas Sarkozy, hari ini. Mereka akan membahas penyempurnan aturan baru untuk disiplin fiskal, yang sebelumnya dinegosiasikan pada 9 Desember lalu.Di sisi lain, pekan lalu, Deputi Gubernur Bank Indonesia Hartadi Sarwono menyebutkan, ada ruang bagi bank sentral untuk kembali memangkas suku bunga jika dibutuhkan. Namun, mayoritas ekonom yang disurvei Bloomberg memprediksi, bank sentral akan mempertahankan bunga acuan di level 6% pada pertemuan pekan ini. Hanya sebagian kecil yang memprediksi bunga akan dipangkas 25 basis poin. Ekonom Forecast Pte. Radhika Rao menilai, krisis utang Eropa telah memicu investor menghindari risiko (risk aversion). "Kami tidak mengekspektasi pemangkasan suku bunga BI pada kuartal ini. Penurunan suku bunga yang terakhir dilakukan terbilang prematur," ujarnya, di Singapura.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Transaksi sore, rupiah terbenam 1,2%
JAKARTA. Hingga perdagangan sore ini, rupiah masih terperosok ke level terlemah dalam enam pekan. Rupiah rontok 1,2% ke posisi Rp 9.203 per dollar AS pada pukul 16.16 di Jakarta. Di awal perdagangan, mata uang Garuda ini bahkan sempat menyentuh Rp 9.233 per dollar AS, level terlemah sejak 19 November lalu. Nilai tukar rupiah keok, karena kekhawatiran melambatnya pertumbuhan ekonomi global akibat terimbas krisis utang Eropa.Sentimen perlambatan ekonomi global menyebabkan surutnya permintaan aset negara berkembang. Harga obligasi tercatat melemah untuk hari yang keempat. Data Inter-Dealer Market Association menunjukkan, yield obligasi pemerintah yang jatuh tempo Mei 2022 naik tiga basis poin ke level 6,24%, sore ini.Isu Eropa kembali mencuat seiring rencana pertemuan Kanselir Jerman Angela Merkel dan Presiden Prancis Nicolas Sarkozy, hari ini. Mereka akan membahas penyempurnan aturan baru untuk disiplin fiskal, yang sebelumnya dinegosiasikan pada 9 Desember lalu.Di sisi lain, pekan lalu, Deputi Gubernur Bank Indonesia Hartadi Sarwono menyebutkan, ada ruang bagi bank sentral untuk kembali memangkas suku bunga jika dibutuhkan. Namun, mayoritas ekonom yang disurvei Bloomberg memprediksi, bank sentral akan mempertahankan bunga acuan di level 6% pada pertemuan pekan ini. Hanya sebagian kecil yang memprediksi bunga akan dipangkas 25 basis poin. Ekonom Forecast Pte. Radhika Rao menilai, krisis utang Eropa telah memicu investor menghindari risiko (risk aversion). "Kami tidak mengekspektasi pemangkasan suku bunga BI pada kuartal ini. Penurunan suku bunga yang terakhir dilakukan terbilang prematur," ujarnya, di Singapura.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News