Transaksi Telkom-TBIG gagal total



JAKARTA. PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) dipastikan gagal melaksanakan share swap alias tukar guling saham PT Dayamitra Telekomunikasi (Mitratel) dengan PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG). Kepastian tersebut disampaikan Menteri Badan Usaha Milik Negara Rini Soemarno, di gedung Dewan Perwakilan Rakyat, kemarin (30/6).

Rini telah mendapatkan laporan secara lisan dari Komisaris TLKM. Berdasarkan laporan itu, Dewan Komisaris sudah menggelar rapat dengan jajaran direksi TLKM. Komisaris dan direksi menyetujui pembatalan transaksi share swap Mitratel dengan TBIG. Sampai tulisan ini turun cetak, Alex J. Sinaga, Direktur Utama TLKM tidak membalas pesan singkat KONTAN.

Kepala Riset Universal Broker Indonesia Satrio Utomo menilai, pembatalan ini justru memberikan sentimen positif bagi TLKM.  Di transaksi ini TLKM mendapatkan saham TBIG di harga cukup mahal. "Mungkin tak ada yang dirugikan, tetapi (share swap) terlalu menguntungkan bagi TBIG," papar dia.


David Nathanael Sutyanto, analis First Asia Capital, berpendapat, batalnya transaksi ini tak memberikan pengaruh signifikan terhadap bisnis TLKM. Maklumlah, kontribusi Mitratel ke TLKM minim. Pembatalan ini juga tidak merugikan TBIG mengingat proses transaksi belum berjalan.

Namun, pembatalan ini menyebabkan TBIG kehilangan potensi mendapatkan keuntungan. "Mitratel dijual ke TBIG dengan valuasi rendah dan saya tidak melihat ada keuntungan yang didapatkan oleh TLKM," papar David.

Menurut dia, suatu perusahaan seharusnya memberikan harga jual tinggi jika ingin melego anak usahanya. Harga tinggi inilah yang menjadi keuntungan bagi perusahaan yang menjual asetnya, dalam hal ini TLKM.

Bagi perusahaan yang menerima, yakni TBIG akan mendapatkan keuntungan ketika bisa mengembangkan Mitratel, hingga mampu berkontribusi positif. Namun, dalam transaksi ini, TLKM menjual Mitratel dengan harga rendah.

Meski demikian David memaklumi opsi TLKM yang ingin fokus pada bisnis telekomunikasi, tapi tetap dapat membesarkan bisnis menara. Pertimbangan TLKM, share swap menjadi strategi paling tepat membesarkan Mitratel. Dalam transaksi itu, TLKM akan menukar 100% saham Mitratel senilai Rp 6,5 triliun dengan 13,7% saham TBIG.

Selanjutnya, TLKM akan menerima tambahan pembayaran earn out maksimal Rp 1,7 triliun jika Mitratel mencapai target pencapaian tertentu. Pembayaran dilakukan TBIG dan Mitratel setelah tahap pertama proses share swap dan laporan keuangan Mitratel dikonsolidasikan ke TBIG.

TLKM juga akan mengalihkan utang Mitratel Rp 2,68 triliun ke TBIG. Ketika transaksi ini menaikkan harga saham TBIG, kapitalisasi TLKM otomatis juga meningkat.

Meski transaksi gagal, Satrio menilai, prospek bisnis TLKM masih cerah. Apalagi, TLKM merupakan satu-satunya perusahaan telekomunikasi Indonesia yang mampu memperluas bisnis hingga ke multimedia. TLKM juga telah berekspansi ke banyak negara.

David mengatakan, potensi kerugian TLKM menjadi hilang lantaran transaksi ini gagal. Ke depan, TLKM maupun TBIG masih bisa menjalankan bisnis secara normal. Perkembangan sektor telekomunikasi, termasuk teknologinya menjadi peluang bagi TLKM. Hal tersebut menjadi katalis positif bagi bisnis menara, mengingat kebutuhan teknologi, khususnya telekomunikasi, tak lepas dari kebutuhan menara.

Namun David melihat, bisnis menara saat ini tertekan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS. Maklum, belanja modal sektor menara mayoritas menggunakan dollar AS. "Untuk itu tergantung income, jika menggunakan dollar AS akan cukup mengimbangi pengeluaran," imbuh dia.

David merekomendasikan buy saham TLKM dan hold TBIG. Satrio juga merekomendasikan buy TLKM. Pada transaksi kemarin, harga saham TBIG anteng di level Rp 9.225 per saham, sementara TLKM naik 0,86% ke level Rp 2.930 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto