Transaksi Terus Menurun, Masihkah Kartu ATM Dibutuhkan?



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Upaya perbankan dalam berlomba-lomba menciptakan aplikasi yang multifungsi rasa-rasanya berhasil menurunkan fungsi penggunaan kartu yang diterbitkan oleh bank, khususnya kartu ATM maupun debit. 

Ini tercermin dari jumlah transaksi kartu ATM yang konsisten menurun tiap bulannya. Pada Juli 2024 saja, jumlah transaksi kartu ATM terkoreksi 9,57% secara tahunan (YoY) menjadi 584,95 juta transaksi.

Kondisi tersebut juga terjadi pada bulan sebelumnya, di mana pada Juni 2024, transaksi kartu ATM hanya sekitar 580,82 juta transaksi. Pada periode sama tahun sebelumnya, transaksinya bisa mencapai 634 juta transaksi.


Tak hanya dari sisi jumlah transaksi, nilai transaksi yang dicatatkan juga mengalami koreksi. Pada Juni 2024 saja, nilai transaksi kartu ATM sekitar Rp 604,83 triliun, dari periode sama tahun lalu yang mencapai Rp 660,23 triliun.

SVP Retail Deposit Products and Solution PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) Evi Dempowati mengamini bahwa dari sisi jumlah transaksi, kartu ATM memang tercatat turun. Per Juni 2024, jumlah transaksi kartu ATM Bank Mandiri terkoreksi turun 0,9% YoY.

Baca Juga: BMRI dan BREN Teratas, Cermati Saham yang Banyak Dijual Asing pada Akhir Pekan

Evi menyebutkan penurunan jumlah transaksi kartu debit ini disebabkan oleh penurunan transaksi dari channel EDC. Hal ini karena sudah terdapat opsi pembayaran lain yang dapat digunakan oleh nasabah yaitu pembayaran menggunakan QRIS di merchant.

Meski demikian, Evi bilang untuk jumlah kartu ATM Bank Mandiri tetap mengalami pertumbuhan 6,3% secara yoy. Sama halnya dengan volume transaksi kartu debit Bank Mandiri yang masih tumbuh 9,7% secara yoy.

”Saat ini kebutuhan kartu debit (ATM) belum tergantikan terutama untuk tari tunai,” ujar Evi.  

Ia mengungkapkan Bank Mandiri terus berinovasi dalam memberikan inovasi fitur pembayaran yang memberikan kemudahan dan fleksibilitas transaksional bagi nasabah terkait kartu ATM ini.

Contohnya, peluncuran Mandiri Debit Contactless yang bisa digunakan bertransaksi contactless baik untuk transaksi di dalam negeri maupun di luar negeri, maupun  produk Mandiri Debit Virtual untuk memenuhi keamanan dan kenyamanan bertransaksi online bagi nasabah. 

“kami berharap dapat terus menggenjot pertumbuhan transaksi kartu debit di tengah maraknya opsi pembayaran dengan instrumen lainnya,” tambahnya.

Sementara itu, Direktur Network & Services PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) Ronny Venir bilang BNI, tren penggunaan kartu debit sebagai alat pembayaran maupun penggunaan mesin ATM pada tahun 2024 mengalami penurunan secara tahunan.  Sayangnya, ia enggan menyebutkan penurunannya.

“Tren penggunaan kartu debit sebagai alat pembayaran adalah salah satu cerminan tren industri perbankan,” ujar Ronny.

Baca Juga: Daftar Limit Transfer Bank Mandiri dari Setiap Jenis Tabungan dan Kartu Debit

Menurutnya, ini sejalan dengan strategi shifting transaction to digital BNI di mana tren penggunaan BNI Mobile Banking terus meningkat, termasuk penggunaan super apps Wondr by BNI yang baru diluncurkan belum lama ini..

Ia bilang saat ini metode pembayaran melalui QRIS menjadi alternatif utama Nasabah untuk bertransaksi. Hal ini berkaitan dengan kecepatan dan keamanan yang ditawarkan melalui fitur tersebut.

“Walau demikian setiap pembukaan rekening, Nasabah tetap diberikan kartu ATM mengingat masih terdapat kebutuhan uang fisik bagi Nasabah dengan memanfaatkan mesin ATM/CRM BNI,” tambahnya.

Turut berpendapat, Executive Vice President (EVP) Corporate Communication and Social Responsibility BCA, Hera F. Haryn berpandangan di tengah pesatnya transformasi digital di Indonesia, BCA melihat penggunaan kartu debit masih memiliki peranan penting dan menjadi pilihan masyarakat dalam melakukan transaksi keuangan.

Ia memproyeksikan transaksi kartu debit akan terus tumbuh ke depannya, selaras dengan prospek perekonomian Indonesia yang positif dan peningkatan aktivitas transaksi masyarakat.

Per Juni 2024, jumlah kartu debit BCA mencapai 35 juta kartu atau meningkat 5.6% YoY. Sejalan dengan itu, nilai transaksi kartu debit BCA mencapai Rp 113 triliun per Juni 2024.

“BCA senantiasa melakukan investasi secara berkesinambungan untuk memperkuat ekosistem hybrid banking, dari kanal mobile dan internet banking, point of sales, kantor cabang, ATM, hingga contact center,” tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari