Transformasi di Telkom Ciptakan Efisiensi dan Berpotensi Meningkatkan Bisnis



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian BUMN terus melakukan transformasi. Salah satunya di PT Telkom Indonesia Tbk. Di emiten berkode saham TLKM tersebut, Kementerian BUMN hanya menyasar ke sektor business to business (B2B). 

Implementasi transformasi dan inovasi di Telkom melalui beberapa langkah strategis. Seperti melepas aset menara Telkomsel ke Mitratel. Lalu integrasi layanan Indihome ke Telkomsel,  pembangunan data center dan komputasi awan alias cloud.

"Alhamdulillah, Telkom mengikuti game plan saya, yaitu kembali fokus kepada infrastructure base. Tower bisnisnya sudah go public bahkan menjadi yang terbesar di Asia Tenggara," kata Menteri BUMN, Erick Thohir, dalam penjelasannya, Jumat (21/7). 


Erick juga meminta agar Telkom  melakukan inovasi bisnis baru. Sehingga nantinya portofolio bisnis TLKM menjadi beragam. Tak hanya  bisnis konektivitas.

Andrew Sebastian Susilo, analis saham MNC Sekuritas menilai, integrasi Indihome ke Telkomsel dinilai akan berpotensi meningkatkan pendapatan Telkomsel. Sebab selama ini pendapatan Telkomsel dari layanan data cenderung flat. Dengan integrasi ini Andrew menilai akan membuka peluang bisnis baru Telkomsel di Fixed Mobile Convergence (FMC).

Baca Juga: Resmi Bertarung di Pasar FMC, Telkom Indonesia (TLKM) Luncurkan Layanan Telkomsel One

Jumlah pendapatan per pelanggan (ARPU) dan pelanggan Indihome terus meningkat, bahkan dobel digit. Ini berbanding terbalik dengan pendapatan Telkomsel yang hanya single digit.  Dengan integrasi, ARPU Telkomsel diperkirakan akan meningkat.

Dengan integrasi Indihome, berpotensi meningkatkan pelanggan Telkomsel. Pelanggan yang selama ini berlangganan Indihome, tapi belum berlangganan Telkomsel, dapat ditawarkan produk Telkomsel. Atau sebaliknya.

Dengan integrasi Indihome ke Telkomsel, Telkom dapat melakukan efisiensi biaya operasional atau operational expenditures (opex) antara Rp 1,6 triliun hingga Rp 1,9 triliun. Kemudian efisiensi dari biaya belanja modal (capex) sebesar Rp 400-an miliar.

Beban ini tiap tahun terus meningkat hingga menjadi Rp 4,6 tiliun pada tahun 2026, karena semua beban dilimpahkan ke Telkomsel.

“Bisnis tower yang dijalankan Telkom melalui Mitratel masih sangat menjanjikan. Apa lagi Telkom yang memberikan solusi fiberirasi ke BTS masih sangat menjanjikan. Ini peluang bagi Telkom yang memiliki banyak protofolio bisnis,” kata Andrew.  

Andrew belum berani mematok target kenaikan harga saham Telkom di masa mendatang. Menurutnya harga saham Telkom masih berada di rentang kenaikan 10%. Butuh waktu yang lebih untuk dapat memastikan kenaikan harga saham Telkom pasca integrasi Indihome ke Telkomsel.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Ahmad Febrian