KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ketua umum Komunitas Pasien Cuci Darah Indonesia (KPCDI), Tony Samosir mengapresiasi sistem transformasi kesehatan di Indonesia. Pihaknya berharap ke depan pelayanan dan keselamatan untuk pasien akan makin baik di Indonesia. Tony mengemukakan pandangannya dalam diskusi publik World Patient Safety Day 2022 bertajuk “Dampak Kebijakan Kelas Standart BPJS Kesehatan terhadap Pelayanan Pasien Gagal Ginjal” di Jakarta, belum lama ini. Seperti dikutip dari keterangan tertulis, Minggu (2/10), Tony Samosir yang juga pasien ginjal kronik dan transplantasi ginjal menyebutkan tiga transformasi kesehatan di Indonesia. Pertama, transformasi layanan rujukan. Menurutnya, sistem rujukan untuk pasien ginjal dengan modalitas hemodialisis yang dapat diimplementasikan untuk pasien Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD) dan transplantasi ginjal. Kedua, transformasi pembiayaan kesehatan. Tony menegaskan pentingnya sistem pembiayaan yang adil dan meniadakan kesenjangan biaya dan alokasi biaya pada masing-masing komponen yang dibutuhkan dalam penyakit ginjal kronik. Ketiga, transformasi teknologi kesehatan. Tony bilang perlunya pengembangan dan pemanfaatan teknologi kesehatan dalam menjembatani akses ketersediaan informasi kesehatan ginjal dan layanan dialisis untuk pelayanan dan keselamatan untuk pasien.
Transformasi Kesehatan Diharapkan Mampu Tingkatkan Kualitas Layanan Pasien Ginjal
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ketua umum Komunitas Pasien Cuci Darah Indonesia (KPCDI), Tony Samosir mengapresiasi sistem transformasi kesehatan di Indonesia. Pihaknya berharap ke depan pelayanan dan keselamatan untuk pasien akan makin baik di Indonesia. Tony mengemukakan pandangannya dalam diskusi publik World Patient Safety Day 2022 bertajuk “Dampak Kebijakan Kelas Standart BPJS Kesehatan terhadap Pelayanan Pasien Gagal Ginjal” di Jakarta, belum lama ini. Seperti dikutip dari keterangan tertulis, Minggu (2/10), Tony Samosir yang juga pasien ginjal kronik dan transplantasi ginjal menyebutkan tiga transformasi kesehatan di Indonesia. Pertama, transformasi layanan rujukan. Menurutnya, sistem rujukan untuk pasien ginjal dengan modalitas hemodialisis yang dapat diimplementasikan untuk pasien Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD) dan transplantasi ginjal. Kedua, transformasi pembiayaan kesehatan. Tony menegaskan pentingnya sistem pembiayaan yang adil dan meniadakan kesenjangan biaya dan alokasi biaya pada masing-masing komponen yang dibutuhkan dalam penyakit ginjal kronik. Ketiga, transformasi teknologi kesehatan. Tony bilang perlunya pengembangan dan pemanfaatan teknologi kesehatan dalam menjembatani akses ketersediaan informasi kesehatan ginjal dan layanan dialisis untuk pelayanan dan keselamatan untuk pasien.