Transformasi layanan kesehatan, pemerintah tekankan upaya preventif promotif



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin menyatakan, ke depan strategi kesehatan bukan hanya strategi mengobati orang sakit. Namun, strateginya harus mencegah orang sehat jadi sakit.

Budi menceritakan ketika dirinya ditunjuk menjadi Menteri Kesehatan sebagian besar waktunya digunakan untuk membicarkan mengenai obat. Ia bilang, 90% anggaran Kemenkes digunakan untuk upaya kuratif (mengobati).

Padahal, lanjut dia, sebagus-bagusnya layanan rumah sakit, semua orang lebih senang tinggal di rumah dalam keadaan sehat. Sebab itu, Kemenkes akan melakukan transformasi kesehatan yang mencakup enam hal.

Antara lain, transformasi layanan primer, transformasi layanan rujukan,transformasi sistem ketahanan kesehatan, transformasi pembiayaan kesehatan, transformasi sumber daya manusia (SDM) kesehatan dan transformasi teknologi kesehatan.

“Saya ingin tekankan bapak ibu, saya akan spend lebih banyak waktu, saya akan switch anggaran kita ke preventif promotif,” ucap Budi dalam acara Kompas100 CEO Forum, Kamis (18/11).

Baca Juga: Pemerintah terapkan PPKM level 3 di seluruh Indonesia saat libur Natal dan tahun baru

Ia mencontohkan, upaya preventif promotif diantaranya upaya vaksinasi dan skrining bagi ibu hamil dan skrining Thalassemia. “Yang namanya screening di perusahaan – perusahaan ini namanya general check up nanti saya masukan dan saya minta BPJS (Kesehatan) bayar. Jadi BPJS jangan sebagian besar uang nya bayar ngobatin orang sakit, tapi ciptakan orang sehat,” ujar Menkes.

Budi mengatakan, dalam World Economic Forum (WEC) beberapa waktu lalu dipaparkan perbandingan antara pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) dengan biaya kesehatan suatu negara. “Semuanya lebih tinggi health cost per capita pertumbuhannya, ini kan ngga sustanaible,” ujar dia.

Lalu, para ekonom dalam forum WEC menguji antara biaya kesehatan yang dihabiskan dengan rata-rata usia hidup. Ditemukan bahwa pengeluaran biaya kesehatan di Amerika Serikat sebesar US$ 12.500 per kapita dan rata – rata usia hidup adalah 79 tahun.

Lalu, pengeluaran biaya kesehatan di Jepang sebesar US$ 5.000 per kapita dan rata-rata usia hidup adalah 84 tahun. Sementara, pengeluaran biaya kesehatan di Kuba hanya sebesar US$ 980 dengan rata-rata usia hidup adalah 79 tahun.

“Karena Kuba banyak melakukan tindakan promotif preventif,” tutur Budi.

Selanjutnya: Soal herd immunity, begini penjelasan Menteri Kesehatan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Khomarul Hidayat