JINDO. Tenggelamnya kapal ferry Sewol di Korea Selatan menelan banyak korban. Selain 28 orang dinyatakan tewas, ratusan orang lainnya juga masih dinyatakan hilang. Kondisi ini yang lantas memicu pertanyaan apakah kapten kapal Sewol melakukan aksi yang cepat dalam menyelamatkan nyawa para penumpangnya. Pihak pemerintah setempat juga tengah melakukan investigasi saat ini. Ada dugaan, kapten menunda evakuasi sehingga banyak penumpang yang tidak sempat menyelamatkan diri dari kapal Sewol yang memiliki berat 6.852 ton ini. Hasil transkrip pembicaraan antara kapten kapal dan pos penjaga menunjukkan bahwa sang kapten menunda evakuasi selama setengah jam setelah kementrian transportasi Korea Selatan memerintahkan untuk segera meninggalkan kapal. Perintah tersebut dilakukan pada pukul 09.00 pagi waktu setempat oleh seseorang yang tidak teridentifikasi di Jeju Vessel Traffic Services Center. Dia memerintahkan agar semua penumpang mengenakan rompi penyelamat dan bersiap untuk evakuasi, lima menit setelah mendapat kabar SOS dari ferry Sewol. Kapal ferry tersebut mengalami kemiringan yang cukup tajam antara pukul 08.48 dan 08.49 waktu Korea. Namun, kapten kapal baru memerintahkan evakuasi setengah jam setelah pukul 09.00. Menurut salah seorang tim SAR, jumlah korban tewas yang sudah dikonfirmasi mencapai 28 orang. Mayoritas tubuh korban ditemukan mengambang di atas laut. Para penyelam juga masih mengalami kendala untuk masuk ke dalam kapal karena besarnya gelombang dan cuaca buruk. Diprediksi, jumlah korban tewas akan semakin bertambah karena tenggelamnya kapal sudah berlangsung selama 48 jam. Ada 270 orang yang dinyatakan hilang, di mana mayoritas di antaranya mereka adalah pelajar yang tengah melangsungkan wisata dari sekolah. Sementara, jumlah penumpang yang berhasil diselamatkan mencapai 179 orang, termasuk kapten kapal. Musibah tenggelamnya kapal ferry terburuk di Korea Selatan pernah terjadi pada tahun 1993. Pada waktu itu jumlah korban yang tewas mencapai 292 orang.
Transkrip kapal Sewol, kapten menunda evakuasi
JINDO. Tenggelamnya kapal ferry Sewol di Korea Selatan menelan banyak korban. Selain 28 orang dinyatakan tewas, ratusan orang lainnya juga masih dinyatakan hilang. Kondisi ini yang lantas memicu pertanyaan apakah kapten kapal Sewol melakukan aksi yang cepat dalam menyelamatkan nyawa para penumpangnya. Pihak pemerintah setempat juga tengah melakukan investigasi saat ini. Ada dugaan, kapten menunda evakuasi sehingga banyak penumpang yang tidak sempat menyelamatkan diri dari kapal Sewol yang memiliki berat 6.852 ton ini. Hasil transkrip pembicaraan antara kapten kapal dan pos penjaga menunjukkan bahwa sang kapten menunda evakuasi selama setengah jam setelah kementrian transportasi Korea Selatan memerintahkan untuk segera meninggalkan kapal. Perintah tersebut dilakukan pada pukul 09.00 pagi waktu setempat oleh seseorang yang tidak teridentifikasi di Jeju Vessel Traffic Services Center. Dia memerintahkan agar semua penumpang mengenakan rompi penyelamat dan bersiap untuk evakuasi, lima menit setelah mendapat kabar SOS dari ferry Sewol. Kapal ferry tersebut mengalami kemiringan yang cukup tajam antara pukul 08.48 dan 08.49 waktu Korea. Namun, kapten kapal baru memerintahkan evakuasi setengah jam setelah pukul 09.00. Menurut salah seorang tim SAR, jumlah korban tewas yang sudah dikonfirmasi mencapai 28 orang. Mayoritas tubuh korban ditemukan mengambang di atas laut. Para penyelam juga masih mengalami kendala untuk masuk ke dalam kapal karena besarnya gelombang dan cuaca buruk. Diprediksi, jumlah korban tewas akan semakin bertambah karena tenggelamnya kapal sudah berlangsung selama 48 jam. Ada 270 orang yang dinyatakan hilang, di mana mayoritas di antaranya mereka adalah pelajar yang tengah melangsungkan wisata dari sekolah. Sementara, jumlah penumpang yang berhasil diselamatkan mencapai 179 orang, termasuk kapten kapal. Musibah tenggelamnya kapal ferry terburuk di Korea Selatan pernah terjadi pada tahun 1993. Pada waktu itu jumlah korban yang tewas mencapai 292 orang.