JAKARTA. Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia bidang Logistik, Carmelita Hartoto, mengatakan biaya transportasi dan logistik dalam negeri kian membebani pengusaha dan berdampak pada harga di masyarakat. Hal itupun membuat daya saing dalam negeri kian terpuruk. Itu sebabnya, produk impor makin merajalela di dalam negeri lantaran harganya bisa lebih murah. Ia meminta pemerintah untuk segera mengatasi permasalah ini sebelum perdagangan bebas berlangsung. Jika tidak, akan membuat neraca perdagangan negara kita menjadi defisit. "Saya tidak bisa bayangkan, harga jeruk dari China lebih murah dari harga jeruk dari Medan hanya karena inefisiensi logistik dan mahalnya biaya kepelabuhanan," kata Carmelia, Senin (31/3). Ia menegaskan bahwa di sektor logistik, daya saing Indonesia berada pada rangking 59 dunia, jauh dibawah Singapura, Malaysia, Thailand dan Vietnam. Dengan potensi demografi dan geografis, seharusnya rangking Indonesia bisa diper baiki menjadi rangkang 15 dunia. Sedangkan di sektor logistik angkutan laut, Indonesia selama sembilan tahun terakhir telah menerapkan kebijakan asas cabotage. Sejak saat itu, pertumbuhan armada niaga nasional melesat bahkan kini di kawasan Asean, posisi Indonesia telah meninggalkan Malaysia dan Fhilipina. Berdasarkan data Review of Maritime Transport, UNCTAD 2005—2013, pada 2005, sektor angkutan laut nasional berdasarkan kapasitas terpasang berada pada rangking empat di Asean dibawah Singapura, Malaysia dan Fhilipina, sedangkan sejak 2013 naik menjadi rangking 2 di Asean. Adapun daya saing logistik nasional pada 2012 berapa pada rangking 59 dunia, jauh dibawah Singapura, Malaysia, Thailand dan Vietnam. Oleh karena itu, dengan potensi sumber daya transportasi laut dan logistik yang besar, Indonesia bisa memperbaiki rangkingnya di kawasan Asean bahkan menyalip Singapura. Ketua Komisi Tetap bidang Infrastruktur Kadin Indonesia, Asmari Herry mengatakan saat ini, sektor transportasi laut membutuhkan legislator dan capres yang memiliki keberpihakan kepada kedua sektor tersebut, sehingga ke depan masyarakat dapat menikmati biaya transportasi dan logistik yang murah dan aman. Sektor logistik angkutan udara juga memerlukan dorongan kuat dari pemerintah dengan memberikan ruang yang lebih cukup kepada swasta nasional untuk mengembangkan usaha logistik kebandarudaraan. Demikian juga di sektor logistik angkutan darat. Sangat diperlukan revitalisasi yang bersifat massif dan memperbanyak kemudahan fiskal dan moneter agar dalam tempo yang sesingkat-singkatnya, armada logistik darat dapat dimodernisasi.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Transportasi dan logistik mahal, daya saing rendah
JAKARTA. Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia bidang Logistik, Carmelita Hartoto, mengatakan biaya transportasi dan logistik dalam negeri kian membebani pengusaha dan berdampak pada harga di masyarakat. Hal itupun membuat daya saing dalam negeri kian terpuruk. Itu sebabnya, produk impor makin merajalela di dalam negeri lantaran harganya bisa lebih murah. Ia meminta pemerintah untuk segera mengatasi permasalah ini sebelum perdagangan bebas berlangsung. Jika tidak, akan membuat neraca perdagangan negara kita menjadi defisit. "Saya tidak bisa bayangkan, harga jeruk dari China lebih murah dari harga jeruk dari Medan hanya karena inefisiensi logistik dan mahalnya biaya kepelabuhanan," kata Carmelia, Senin (31/3). Ia menegaskan bahwa di sektor logistik, daya saing Indonesia berada pada rangking 59 dunia, jauh dibawah Singapura, Malaysia, Thailand dan Vietnam. Dengan potensi demografi dan geografis, seharusnya rangking Indonesia bisa diper baiki menjadi rangkang 15 dunia. Sedangkan di sektor logistik angkutan laut, Indonesia selama sembilan tahun terakhir telah menerapkan kebijakan asas cabotage. Sejak saat itu, pertumbuhan armada niaga nasional melesat bahkan kini di kawasan Asean, posisi Indonesia telah meninggalkan Malaysia dan Fhilipina. Berdasarkan data Review of Maritime Transport, UNCTAD 2005—2013, pada 2005, sektor angkutan laut nasional berdasarkan kapasitas terpasang berada pada rangking empat di Asean dibawah Singapura, Malaysia dan Fhilipina, sedangkan sejak 2013 naik menjadi rangking 2 di Asean. Adapun daya saing logistik nasional pada 2012 berapa pada rangking 59 dunia, jauh dibawah Singapura, Malaysia, Thailand dan Vietnam. Oleh karena itu, dengan potensi sumber daya transportasi laut dan logistik yang besar, Indonesia bisa memperbaiki rangkingnya di kawasan Asean bahkan menyalip Singapura. Ketua Komisi Tetap bidang Infrastruktur Kadin Indonesia, Asmari Herry mengatakan saat ini, sektor transportasi laut membutuhkan legislator dan capres yang memiliki keberpihakan kepada kedua sektor tersebut, sehingga ke depan masyarakat dapat menikmati biaya transportasi dan logistik yang murah dan aman. Sektor logistik angkutan udara juga memerlukan dorongan kuat dari pemerintah dengan memberikan ruang yang lebih cukup kepada swasta nasional untuk mengembangkan usaha logistik kebandarudaraan. Demikian juga di sektor logistik angkutan darat. Sangat diperlukan revitalisasi yang bersifat massif dan memperbanyak kemudahan fiskal dan moneter agar dalam tempo yang sesingkat-singkatnya, armada logistik darat dapat dimodernisasi.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News