KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Pelayaran Nasional Indonesia (Pelni) pada tahun ini kembali mendapat tugas untuk mengembangkan program tol laut. Sebagaimana diketahui, proyek tol laut sudah menjadi pekerjaan tahunan perusahaan pelat merah. Perseroan menilai, melalui program tol laut, pihaknya bisa membantu menekan disparitas harga, terlebih yang terjadi di daerah terpencil seperti Papua dan NTT. Harry Boediarto Soemarto, Direktur Utama Pelni mengatakan, tol laut memiliki rute seperti pesawat, yakni linier karena perjalanannya terjadwal sehingga tidak menunggu hingga barang bawaan penuh. Pasalnya, jika menunggu hingga penuh, akan terjadi keterlambatan pengiriman barang, sehingga berimbas pada kenaikan harga barang. Setelah mendapat penugasan untuk mengelola tol laut, lanjut Harry, pihaknya bakal mengoperasikan tujuh unit kapal yang terdiri dari enam kapal kontainer dan satu kapal kargo. Pelni mendapat penugasan untuk mengembangkan tol laut di enam trayek yang akan dimulai pada akhir pekan ini, yakni trayek T2 (Tanjung Priok - Tanjung Batu - Belinyu - Tarempa - Natuna - Midal - Serasan - Tanjung Priok), trayek T4 (Tanjung Perak - Makassar - Tahuna - Tanjung Perak), trayek T6 (Tanjung Perak - Tidore - Morotai (Daruba) - Tanjung Perak), trayek T13 (Tanjung Perak - Kalabahi - Moa - Rote - Sabu - Tanjung Perak), trayek T14 (Tanjung Perak - Larantuka - Adonara (Terong) - Lewoleba - Tanjung Perak), dan trayek T15 (Tanjung Perak - Kisar - Namrole - Tanjung Perak). Harry menjelaskan, konsep trayek itu memiliki dua model, yaitu subsidi angkutan kapal dan subsidi barang. Adapun kapal kontainer nantinya akan disubsidi pemerintah, sehingga Pelni tidak terlibat di dalamnya, kecuali ada pihak swasta yang tidak menyanggupi. Menurut Harry, selama mengembangkan tol laut, perseroan selalu mencatatkan pertumbuhan kargo yang positif dari tahun ke tahun. Adapun, trayek - trayek yang berkontribusi cukup besar terhadap pertumbuhan kargo di antaranya Papua dan NTT. "Karena permintaan barang di Papua biasanya mahal, sehingga ketika ada subsidi barang, permintaan bisa jadi banyak," ujarnya. Melalui proyek ini, lanjut Dwi, Pelni menargetkan pertumbuhan bisnis kargo mencapai sekitar 30% hingga 40%. "Justru target pertumbuhan, tadinya return kargo 20% diharapkan tahun ini lebih meningkat, bisa 30% hingga 40%," ungkapnya. Kendati begitu, jumlah volume yang terbatas belum terlalu memberikan pengaruh yang signifikan. Harry bilang, untuk mengantisipasi terjadinya disparitas harga, pihaknya juga ditugaskan untuk membuat Rumah Kita yang berfungsi sebagai pusat distribusi barang. Dengan begitu, masyarakat yang ingin mengirim barang, tarifnya bisa disesuaikan Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Trayek Indonesia Timur jadi andalan tol laut Pelni
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Pelayaran Nasional Indonesia (Pelni) pada tahun ini kembali mendapat tugas untuk mengembangkan program tol laut. Sebagaimana diketahui, proyek tol laut sudah menjadi pekerjaan tahunan perusahaan pelat merah. Perseroan menilai, melalui program tol laut, pihaknya bisa membantu menekan disparitas harga, terlebih yang terjadi di daerah terpencil seperti Papua dan NTT. Harry Boediarto Soemarto, Direktur Utama Pelni mengatakan, tol laut memiliki rute seperti pesawat, yakni linier karena perjalanannya terjadwal sehingga tidak menunggu hingga barang bawaan penuh. Pasalnya, jika menunggu hingga penuh, akan terjadi keterlambatan pengiriman barang, sehingga berimbas pada kenaikan harga barang. Setelah mendapat penugasan untuk mengelola tol laut, lanjut Harry, pihaknya bakal mengoperasikan tujuh unit kapal yang terdiri dari enam kapal kontainer dan satu kapal kargo. Pelni mendapat penugasan untuk mengembangkan tol laut di enam trayek yang akan dimulai pada akhir pekan ini, yakni trayek T2 (Tanjung Priok - Tanjung Batu - Belinyu - Tarempa - Natuna - Midal - Serasan - Tanjung Priok), trayek T4 (Tanjung Perak - Makassar - Tahuna - Tanjung Perak), trayek T6 (Tanjung Perak - Tidore - Morotai (Daruba) - Tanjung Perak), trayek T13 (Tanjung Perak - Kalabahi - Moa - Rote - Sabu - Tanjung Perak), trayek T14 (Tanjung Perak - Larantuka - Adonara (Terong) - Lewoleba - Tanjung Perak), dan trayek T15 (Tanjung Perak - Kisar - Namrole - Tanjung Perak). Harry menjelaskan, konsep trayek itu memiliki dua model, yaitu subsidi angkutan kapal dan subsidi barang. Adapun kapal kontainer nantinya akan disubsidi pemerintah, sehingga Pelni tidak terlibat di dalamnya, kecuali ada pihak swasta yang tidak menyanggupi. Menurut Harry, selama mengembangkan tol laut, perseroan selalu mencatatkan pertumbuhan kargo yang positif dari tahun ke tahun. Adapun, trayek - trayek yang berkontribusi cukup besar terhadap pertumbuhan kargo di antaranya Papua dan NTT. "Karena permintaan barang di Papua biasanya mahal, sehingga ketika ada subsidi barang, permintaan bisa jadi banyak," ujarnya. Melalui proyek ini, lanjut Dwi, Pelni menargetkan pertumbuhan bisnis kargo mencapai sekitar 30% hingga 40%. "Justru target pertumbuhan, tadinya return kargo 20% diharapkan tahun ini lebih meningkat, bisa 30% hingga 40%," ungkapnya. Kendati begitu, jumlah volume yang terbatas belum terlalu memberikan pengaruh yang signifikan. Harry bilang, untuk mengantisipasi terjadinya disparitas harga, pihaknya juga ditugaskan untuk membuat Rumah Kita yang berfungsi sebagai pusat distribusi barang. Dengan begitu, masyarakat yang ingin mengirim barang, tarifnya bisa disesuaikan Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News