KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perusahaan teknologi seperti e-commerce dan fintech semakin gencar mengakuisisi bank kecil di tanah air. Langkah ini diambil guna memperkuat ekosistem digital yang telah dimiliki dari segi bisnis keuangan. PT Takjub Finansial Teknologi (Ajaib Group) baru saja mencaplok saham 554,4 juta saham PT Bank Bumi Arta Tbk (BNBA). Guna mendapatkan 24% kepemilikan saham BNBA, Ajaib mengelontarkan dana senilai Rp 746 miliar. Ajaib merupakan perusahaan penyedia layanan reksadana online dan investor dapat berinvestasi saham, obligasi, dan pasar uang melalui reksadana.
Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Amin Nurdin menyatakan tren ini wajar saja. Bank tersebut diharapkan bisa memperkuat ekosistem digital yang telah dimiliki. Terlebih bank memiliki keleluasaan menggarap bisnis di sektor keuangan. Terdapat dua faktor yang mendorong perusahaan teknologi mengakuisisi bank lokal.
Baca Juga: Akulaku telah selesaikan proses akuisisi 24,98% saham Bank Neo Commerce (BBYB) Pertama, ada tuntutan bagi bank bank kecil yang tidak mampu menambah modal sesuai ketentuan regulator. Maka bank itu harus siap menjadi bagian merger maupun akuisisi bank perusahaan teknologi lain yang lebih besar. Kedua, bank yang ingin merambah bisnis ke arah digital dan tetap mempertahankan eksistensi bank. Namun, bank tetap ingin membangun ekosistem digital, akan membeli bank kecil dan ditransformasi menjadi bank digital. “Ke depan arahnya cukup jelas. bank harus dapat berkolaborasi membentuk ekosistem dengan fintech dan perusahaan lain dalam industri keuangan untuk efisiensi dan fokus bisnis. Tren akuisisi dan kolaborasi ini akan terus berlanjut.” ujar Amin kepada Kontan.co.id, Senin (22/11). Sebab, arah kebijakan dari regulator, baik Bank Indonesia dengan kebijakan open API. Sedangkan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dengan memperkuat digitalisasi dan pemenuhan minimum modal bank. Bank Neo Commerce (BNC) juga baru saja diambil alih oleh perusahaan teknologi keuangan PT Akulaku Silvrr Indonesia. Kini, Akulaku menjadi pemegang saham pengendali setelah mencaplok 24,98% saham BNC. Guna memperkuat modal dan mengembangkan bisnis, BNC telah mendapatkan pernyataan efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk melakukan rights issue dengan target perolehan dana Rp 2,5 triliun. Direktur Utama BNC Tjandra Gunawan mengatakan, aksi korporasi tersebut bertujuan salah satunya untuk memenuhi modal inti bank digital yang ditetapkan OJK minimal Rp2 triliun di akhir tahun 2021 dan Rp3 triliun di akhir tahun 2022 “Juga untuk semakin mempercepat akselerasi transformasi menjadi bank digital terdepan di Indonesia,” terang Tjandra, Senin (22/11). Selanjutnya penambahan modal yang dihasilkan dari aksi korporasi ini juga akan diprioritaskan perseroan untuk investasi berkelanjutan pada teknologi informasi. Juga mendukung kinerja operasional BNC diantaranya pengembangan dan rekrutmen karyawan.
Baca Juga: Rogoh Rp 745 miliar, Ajaib caplok 24% saham Bank Bumi Arta (BNBA) Serta, kegiatan promosi dan edukasi berkelanjutan tentang bank digital, pengembangan aplikasi neobank milik BNC melalui pengembangan berbagai fitur dan layanan perbankan yang inovatif, juga untuk memperkuat rasio Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM). “Raihan modal hasil aksi korporasi ini tentu saja sangat penting bagi perkembangan fitur, layanan, dan produk BNC. Ke depannya, BNC akan terus berinovasi untuk memberikan pengalaman unik perbankan digital yang berbeda bagi para nasabah. BNC akan terus fokus pada inovasi dan terobosan, berfokus pada interaksi antar nasabah,” ungkap Tjandra. Sebelumnya sudah ada Gojek yang masuk ke Bank Jago dan Sea Group, induk usaha Shopee, masuk mencaplok Bank Kesejahteraan Ekonomi yang kini sudah berganti nama menjadi Bank Seabank Indonesia. Lalu Kredivo ke PT Bank Bisnis Indonesia Tbk.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi