Tren auto reject atas saat listing, cocok untuk trading jangka pendek



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perusahaan yang baru melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) cenderung terkena auto rejection atas (ARA) pada hari perdagangan pertama. Sejak awal tahun hingga Jumat (14/2), setidaknya ada 13 emiten yang tercatat mencatatkan saham perdana (listing) dan mayoritas terkena ARA.

William Hartanto, Analis Panin Sekuritas, menjelaskan kenaikan yang signifikan pada saat listing adalah hal yang biasa. Hal ini menunjukkan spekulasi dari pasar yang tinggi dan hanya memanfaatkan penguatan jangka pendek saja.

Sebab, sebagai emiten baru fundamentalnya masih belum jelas."Pasti ada short profit taking," kata William kepada Kontan.co.id, Jumat (14/2).


Baca Juga: Naik hingga 69,61% saat listing perdana, saham Diamond Citra (DADA) kena auto reject

Pergerakan saham semacam ini  berdampak baik untuk jangka pendek saja. Selanjutnya saham akan kembali ke kondisi normalnya sesuai dengan kinerja masing-masing emiten. Sehingga, William menyarankan untuk mengikuti tren ARA untuk jangka pendek saja. Frekuensi perdagangan sahamnya pun perlu diperhatikan,  harus tinggi.

Ke depan tren ARA masih akan berlanjut. Mengingat, emiten yang listing cenderung melepas saham dengan harga yang murah sehingga lebih terjangkau oleh pasar.

"Soalnya barang yang beredar kalau di bawah Rp 500 lebih terjangkau dengan kemampuan beli pelaku pasar. Karena satu lotnya kecil," imbuh William. Adapun semakin sedikit saham yang dilepas, semakin cepat pula naiknya.

Untuk emiten-emiten baru listing tahun ini, William menjagokan saham PT Cisadane Sawit Raya Tbk (CSRA). Dibandingkan emiten lain, pergerakan CSRA lebih menarik. Untuk jangka pendek, William menyarankan buy dengan target harga Rp  700. Per Jumat (14/2), saham CSRA menguat 13,25% ke level Rp 640.

Baca Juga: Analis: Minat investor pada saham IPO tak akan terpengaruh kasus NARA

Tidak jauh berbeda, Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa (AB) Laksono Widodo mengatakan bahwa kenaikan harga saham di saat listing masih wajar. "Karena market conduct kita belum serapi di tempat lain," jelas Laksono beberapa waktu lalu kepada Kontan.co.id.

Meskipun begitu Laksono berharap e-IPO yan akan diterapkan nantinya bisa menjadi jawaban atas tren ARA pada emiten-emiten baru listing. Asal tahu saja, dengan  e-IPO ini supply di pasar akan lebih banyak karena jumlah yang ditawarkan ke investor ritel yang tidak terafiliasi akan semakin besar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati