Tren bearish alumunium masih berlanjut



JAKARTA. Harga alumunium akan lanjutkan penurunan harga karena kondisi ekonomi global yang melemah dan penguatan indeks dollar AS jelang prospek kenaikan suku bunga di bulan depan. Analis menduga, optimisme the Fed dan antisipasi pasar untuk kenaikan suku bunga benar-benar memukul harga komoditas setelah rilis data ekonomi China pada Sabtu (31/7) lalu mengenai Manufacturing PMI yang turun ke level 50,0.

Mengutip Bloomberg, Rabu (5/8) pukul 09.23 WIB, harga alumunium kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange (LME) turun 0,6% ke level US$ 1.609 per metrik ton dibandingkan hari sebelumnya. Selama sepekan, harga telah turun 3,18OO%.

Alumunium telah berada di level terendahnya sepanjang tahun ini pada Senin (3/8) di level US$ 1.612 per metrik ton. Analis dan Direktur PT Komoditi Ekuilibrium Berjangka menyatakan bahwa tren untuk alumunium masih dibayang-bayangi oleh memburuknya data ekonomi China.


Ibrahim menjelaskan data ekonomi China yang memburuk itu ialah : indeks manufaktur China yang turun ke level 48,2, data perdagangan China yang turun ke 0,3% dan indeks final perdagangan China yang turun ke level 47,8%.

“Data ekonomi itu menunjukkan bahwa perekonomian China sedang memburuk dan mempengaruhi permintaannya terhadap Alumunium. Sebagaimana yang diketahui bahwa China merupakan konsumen alumunium terbesar di dunia,” kata Ibrahim.

Selain itu, harga alumunium semakin jatuh setelah pejabat the Fed dari negara bagian Atlanta, Dennis Lockhart, yang menyatakan optimisnya untuk kenaikan suku bunga di bulan September setelah melihat data PDB AS kuartal kedua yang membaik di level 0,3% dibandingkan periode sebelumnya di 0,6%. Ibrahim menilai sebenarnya pernyataan Lockhart belum bisa memastikan bahwa suku bunga AS bisa dinaikkan pada September karena Jannet Yellen sendiri belum angkat bicara.

“Tetapi, pernyataan Lockhart itu menjadi sinyal yang menyebabkan indeks dollar AS melambung ke level 99. Sementara untuk harga komoditas, termasuk Alumunium, itu menjadi sentimen negatif,” jelas Ibrahim.

Di sisi lain, Ibrahim menambahkan bahwa permasalahan Yunani masih juga belum menemukan titik kejelasan. Pada Kamis (20/8), Ibrahim memberitahukan bahwa Yunani sudah harus membayar pinjamannya ke Uni Eropa sebesar 3 miliar Euro. Lagipula, lanjut Ibrahim, pertumbuhan ekonomi Eropa yang diprediksi bisa naik dari 1% menjadi 1,5% akan direvisi oleh ECB yang mungkin bsia mencapai level 1% ke bawah.

“Setelah pinjaman ke Uni Eropa dibayar, barulah ECB memberikan dana bailout sebesar 98,8 miliar Euro itu. Tetapi perekonomian yang bermasalah di Eropa ini ditambah memburuknya ekonomi China dan di sisi lain adanya penguatan indeks dollar, semakin menjatuhkan harga alumunium,” sambung Ibrahim.

Ibrahim menduga bahwa harga dalam sepekan ke depan masih akan jatuh, bahkan sampai ke paro kuartal ketiga dan akhir kuartal ketiga. Ibrahim menjelaskan bahwa hal itu disebabkan permitnaan global yang lesu terkait perlambatan ekonomi China dan masalah di Eropa.

Ibrahim menduga pada Kamis (5/8) harga alumunium akan bergerak di kisaran US$ 1.590 – US$ 1.610. Sementara dalam sepekan ke depan harga alumunium berada di kisaran US$ 1.588 – US$ 1.610. “Stok alumunium di LME kan menumpuk karena perlambatan ekonomi global ini,” tutup Ibrahim.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto