Tren bearish, bottom IHSG bisa sentuh 6.250



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sedang dalam tren melemah (bearish). Analis memprediksikan posisi batas bawah (bottom) indeks pada Maret ini di rentang 6.250-6.260.

Rabu (7/3) lalu, IHSG sempat turun tajam 2,03% ke level 6.368,267. Pada perdagangan sesi I, Jumat (9/3) indeks kembali bergerak di zona merah, turun 0,47% ke posisi 6.412,85.

Analis Semesta Indovest Sekuritas Aditya Perdana Putra menilai, indeks saat ini berada pada level downtrend. Berdasarkan catatannya, indeks saat ini berada di bawah moving average (MA) 50. Terakhir, indeks berada dalam level ini pada November 2016.


“Ini menjadi sinyal bahwa indeks cenderung konsolidasi bearish ke depannya, khususnya pada Maret,” tutur Aditya. Apabila indeks kembali melemah, Aditya bilang, rentang support IHSG bulan ini akan ada di level 6.250-6.260.

Menurutnya, indeks akan rebound ketika bisa tembus di atas level MA50. Dalam perhitungannya, MA50 ada di sektiar level 6.500. “Jika indeks bisa kembali di atas MA50, ada indikasi konsolidasi sideways untuk jangka menengah,” papar Aditya.

Meski demikian, ia optimistis, indeks bisa kembali rebound dalam waktu dekat. Secara historis, Aditya mencatat bahwa indeks selalu positif pada bulan Maret. Tentunya, optimisme ini harus diiringi minimnya sentimen negatif yang membayangi bursa.

Dari sisi fundamental ekonomi, Aditya menilai indikator ekonomi Indonesia saat ini masih terbilang aman. Pelemahan nilai tukar rupiah terbilang wajar. Begitu juga dengan cadangan devisa maupun inflasi.

Namun demikian, memang ada beberapa hal yang menjadi catatan, terutama dari sisi kebijakan makro Indonesia yang kurang popular. Misalnya kebijakan pemerintah untuk menahan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) dan tarif listrik.

Sebagai faktor risiko, Aditya melihat bahwa asing sedikit menarik diri dari pasar saham. Hal ini dipengaruhi oleh sentimen dari Amerika Serikat (AS). Misalnya terkait yield surat utang AS yang cenderung naik dan kebijakan proteksionisme AS.

Selain itu, kinerja sektoral saham juga mempengaruhi. Kinerja emiten sektor barang konsumsi dan aneka industri pada tahun lalu memang masih sesuai target. Hanya saja tidak memberikan kejutan untuk investor.

Belum lagi, sektor pertambangan yang menjadi salah satu penggerak indeks, belakangan dibayangi sentimen kebijakan domestic market obligation (DMO).

“Kita lihat nanti kinerja emiten dan indikator ekonomi di kuartal I-2018. Jika data yang ditunjukkan lebih bagus, tentunya akan menjadi sentimen positif untuk indeks,” tutur Aditya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini