Tren Bekerja Sebagai Virtual Assistant



MOMSMONEY.ID - Bekerja dari jarak jauh (remote) dan bisa bekerja dari mana saja (work from anywhere) semakin banyak masyarakat lakukan. Jenis pekerjaan ini bisa disebut juga asisten virtual atawa virtual assistant (VA). Contoh tugas yang biasa dikerjakan seorang VA adalah mengatur jadwal, mengelola panggilan telepon, email, menginput data, mengelola media sosial hingga melayani pelanggan. Namun, contoh pekerjaan tersebut bisa lebih beragam tergantung kebutuhan dari perusahaan atau permintaan klien.   Karena sifatnya online, maka klien yang mempekerjakan VA juga bisa datang dari mana saja. Sejauh ini, lebih banyak perusahaan dari luar negeri yang mempekerjakan VA. Jadwal kerja VA tentunya juga fleksibel dan sangat memberikan kebebasan untuk para VA bekerja di jam-jam paling produktif mereka. Dalam survei Gartner di 2021, 43% pekerja jarak jauh mengatakan bahwa fleksibilitas jam kerja membantu mereka capai produktivitas yang lebih besar. Dibandingkan harus selalu sigap setiap jam, seorang VA bisa memilih untuk bekerja selama 20 jam setiap minggunya saja, atau bergantung pada beban kerja mereka. Di tengah tren menjadi virtual assistant yang meningkat pasca pandemi, Direktur ekonomi digital Celios Nailul Huda mengatakan kebutuhan akan VA ditopang oleh permintaan masyarakat yang cukup tigggi akan pekerjaan teknis yang dapat di kerjakan secara lepas. Minat pekerja yang ingin menjadi VA juga didukung dengan sistem kerja remote dan tidak memerlukan biaya pengeluaran lain. Sementara, bagi perusahaan pengeluaran bagi karwayan cukup dengan gaji pokok tetapi langsung dapat mengatur jadwal, membuat notulensi dan beberapa pekerjaan teknis lainnya. "VA sangat berguna bagi bisnis yang baru mulai berkembang," kata Huda, Rabu (24/1). Lia Sadia Chief Marketing Officer Remote Skills Academy memandang prospek pekerjaan ini di masa depan juga cerah. Menurutnya, kebutuhan akan virtual assistant bisa terus meningkat seiring tren kerja jarak jauh dan transformasi digital. "Sentimen tersebut dipengaruhi oleh perubahan cara kerja yang lebih fleksibel sejak pandemi dan pemanfaatan teknologi digital yang makin luas diadaptasi," ujar Lia. Di sisi lain, kompetisi di bisnis bidang kursus pelatihan virtual asisstant pun mulai terasa. Lia mengatakan startegi Remote Skills Academy untuk menarik lebih banyak peserta didik adalah dengan memberikan pilihan produk pelatihan yang beragam, berkualitas dan selaras dengan kebutuhan klien. Inovasi dalam materi kursus seperti modul Artificial Intelligence (AI) yang membantu murid mengetahui teknologi terbaru juga bagian dari strategi platform ini untuk unggul. Lia mengatakan Remote Skills Academy juga berkolaborasi dengan berbagai komunitas salah satunya Single Moms Indonesia (SMI) untuk membuat program bersama. "Adanya dukungan komunitas dan harga pelatihan yang terjangkau membuat calon murid bisa segera belajar," kata Lia.

Baca Juga: Apa itu Remote Working? Pengertian, Ciri-ciri, Manfaat, dan Perbedaan dengan WFH  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Danielisa Putriadita