Tren bullish gas alam dibayangi kenaikan produksi



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Walaupun masih berada pada tren bullish, tetapi penguatan harga gas alam dibayangi potensi kenaikan produksi. Sentimen produksi bisa menghadang laju pergerakan harga gas alam, seingga berpotensi sideways pada pertengahan tahun ini.

“Kalau sesuai prediksi di pertengahan tahun mulai sideways,” ujar Andri Hardianto, analis PT Asia Tradepoint Futures kepada Kontan.co.id.

Sejauh ini Energy Information Adminstration (EIA) meramalkan produksi gas alam Amerika Serikat (AS) akan meningkat pada tahun 2018-2019. Kenaikannya bisa mencapai sekitar 6,9 miliar kaki kubik per hari. Sejumlah kawasan seperti Texas Barat, Appalachia's Marcellus dan serpihan Utica, diperkirakan sudah mulai berproduksi.


Tak hanya AS, peningkatan pasokan juga diproyeksikan terjadi di Italia. Di tengah melemahnya produksi Inggris, negara tersebut berusaha menjadi hub penyalur gas alam baru. Bahkan jangkauannya diperkirakan akan mencapai kawasan timur tengah.

“Kalau sampai akhir kuartal I masih bisa berada di kisaran US$ 2,9-US$ 3,7 per mmbtu,” tebaknya.

Secara teknikal, Andri melihat, sekarang harga telah berada di atas garis moving average (MA) 50, MA 100 dan MA 200, yang mengindikasikan penguatan. Begitu juga indikator moving average convergence divergence (MACD) yang berada di level 0,05. Sedangkan, indikator relative strength index (RSI) yang berada di level 54 dan stochastic di level 54, cenderung memberi sinyal netral.

Ia menebak, Rabu (30/1), harga gas alam bisa melanjutkan penguatan di kisaran US$ 3,17-US$ 3,25 per mmbtu. Kemudian sepekan berikutnya kemungkinan akan terkoreksi sesaat di rentang US$ 3,29-US$ 3 per mmbtu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini