JAKARTA. Harga batubara terkoreksi seiring melemahnya harga minyak mentah dunia. Namun, dalam jangka panjang, harga komoditas energi ini masih positif.Senin (20/3) lalu, harga batubara kontrak pengiriman April 2017 di ICE Future tergerus 0,97% menjadi US$ 81,45 per ton dibanding sehari sebelumnya. Dalam sepekan terakhir, harga menguat 0,55%.Analis Asia Tradepoint Futures Deddy Yusuf Siregar mengatakan, prospek harga batubara masih positif. Tetapi saat ini, harga batubara terseret pelemahan harga minyak. Senin (20/3), harga minyak WTI turun 1,15% menjadi US$ 48,22 per barel.
Dalam jangka panjang, pembatasan produksi batubara di China masih menopang harga. Perdana Menteri China Li Keqiang menjadikan pengurangan kapasitas pembangkit listrik batubara sebagai fokus reformasi ekonomi China di 2017. Hal ini tentu disertai dengan pengurangan produksi batubara. Jadi, turunnya permintaan dapat diimbangi dengan penurunan produksi. Saat China berusaha mengurangi kebutuhan batubara, permintaan Korea Selatan terus tumbuh. "Jepang juga berkomitmen mengembangkan batubara sebagai alternatif energi ramah lingkungan," papar Deddy, kemarin (21/3). Banyak negara masih bergantung pada pembangkit listrik batubara. Sebut saja Australia, di mana pembangkit listrik batubara memasok 90% total kebutuhan energi. Di Jerman, pasokan listrik dari pembangkit batubara mencapai 30% dari total kebutuhan. Amerika Serikat (AS) yang sebelumnya gigih melawan penggunaan batubara, di bawah pemerintahan Presiden Donald Trump juga berupaya menyelamatkan industri batubara dalam negeri. "Batubara berpotensi memberi kontribusi sebesar 27% bagi tenaga listrik AS hingga 2030," lanjut Deddy. Pembangkit listrik Wahyu Tribowo Laksono, analis Central Capital Futures, menilai harga batubara masih bisa naik lagi. Hal ini didukung dengan laporan biro statistik China bahwa produksi batubara periode Januari-Februari 2017 turun. Padahal permintaan batubara untuk pembangkit listrik naik 6,5% dibanding periode sama tahun lalu. Hingga akhir semester satu 2017, Wahyu memprediksi harga batubara berada di kisaran US$ 79-US$ 85 per ton. Tapi, pelaku pasar perlu mewaspadai penutupan beberapa pembangkit listrik tenaga batubara di AS. Padahal, menurut laporan EIA, penggunaan batubara untuk pembangkit listrik di AS sepanjang 2007-2015 sudah turun 30%.
Secara teknikal, harga bergerak di atas
moving average (MA) 50, MA100 dan MA200. MACD bergulir di area positif. RSI cenderung menguat di 52. Tetapi
stochastic overbought di level 85, membuka peluang koreksi jangka pendek. Rabu (22/2) ini, Deddy memprediksi harga batubara akan melemah dan bergerak di kisaran US$ 80,62-US$ 81,7 per ton. Sepekan ke depan, harga akan bergerak antara US$ 80,15-US$ 82,3 per ton. Sedang Wahyu menghitung harga batubara akan bergerak antara US$ 79-US$ 81 per ton pada hari ini dan US$ 77,00-US$ 85 per ton dalam sepekan ke depan. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Sanny Cicilia