Tren Harga Gas Alam Diperkirakan Masih Bearish



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga gas alam tertekan sepanjang tahun ini. Harganya diperkirakan masih dalam tren bearish.

Berdasarkan data Trading Economics, harga gas alam berada di US$ 1,91 per MMBtu pada Selasa (27/8). Pada awal tahun, harganya di kisaran US$ 2,44 per MMBtu.

Founder Traderindo.com Wahyu Triwibowo Laksono mengatakan bahwa harga gas alam sempat rebound ke atas US$ 2 per MMBtu. Namun, kembali turun di bawah level itu lantaran mengikuti tren penurunan harga energi yang lebih luas. 


"Pendorong utama penurunan harga baru-baru ini dari risiko kemacetan penyimpanan yang sedang berlangsung," ujarnya kepada Kontan.co.id, Senin (26/8).

Baca Juga: Garap 3 Proyek Strategis Pengembangan Tambang dan hilirisasi, Cek Rekomendasi INCO

Sepanjang Juli, produksi gas alam AS melonjak, melebihi 103 miliar kaki kubik per hari (bcf/d) karena harga kembali naik selama kuartal II. Namun, karena produksi melonjak, begitu juga risiko kapasitas penyimpanan yang luar biasa, yang pada gilirannya menerapkan tekanan turun pada harga.

"Ketika harga menurun, insentif bagi produsen untuk mempertahankan output yang tinggi berkurang, menyebabkan penurunan produksi secara bertahap," sebutnya.

Data terbaru menunjukkan bahwa tingkat produksi telah turun menjadi sekitar 101 bcf/d, menandai penurunan yang mencolok dari tertinggi Juli. Pasar gas alam juga telah dipengaruhi oleh beberapa faktor eksternal.

Salah satu gangguan besar datang dari Badai Beryl, yang untuk sementara membatasi ekspor gas alam cair (LNG). Meskipun ekspor ini telah pulih, dengan arus bersih kembali ke sekitar 13 bcf/d, pengurangan awal menambah tekanan penurunan harga secara keseluruhan.

Baca Juga: SKK Migas Ungkap Program HGBT Bikin PNBP Sektor Migas Turun

Lalu cuaca yang lebih ringan dari yang diharapkan semakin meredam permintaan, berkontribusi pada kondisi pasar saat ini.

Dalam kondisi musim dingin yang normal, harga gas alam dapat mengalami lintasan positif, meskipun sebagian dari penghargaan harga yang diantisipasi ini telah diperhitungkan ke dalam ekspektasi pasar saat ini.

"Jika musim dingin 2024-2025 ternyata lebih ringan dari yang diperkirakan, itu bisa meredam pemulihan harga yang diharapkan," jelas Wahyu.

Di sisi lain, produsen dalam negeri masih optimistis tentang prospek jangka panjang gas sebagai bahan bakar, baik di Amerika Serikat (AS) maupun di luar negeri.

Sementara itu, kelebihan pasokan gas alam AS saat ini akan mereda dalam beberapa bulan mendatang. Sebab, banyak operator yang membatasi produksi sebagai tanggapan atas kemerosotan harga.

Baca Juga: SKK Migas Ungkap Program HGBT Bikin PNBP Sektor Migas Turun

"Kemudian, rencana utilitas AS untuk membangun 133 pembangkit listrik tenaga gas baru & pembangkit listrik tenaga gas alam diproyeksikan meningkat 18% antara 2024-2035," katanya.

Karenanya, ia memperkirakan harga gas akan berada direntang US$ 1,8 - US$ 2,5 per MMBtu pada akhir tahun ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli