Tren harga nikel naik, Maybank Kim Eng beri rekomendasi beli saham INCO



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kenaikan harga nikel masih akan berlanjut pada tahun ini. Hal ini tentu akan menguntungkan bagi PT Vale Indonesia Tbk (INCO). Pasalnya, mayoritas pendapatan INCO berasal dari nikel. 

Analis Maybank Kim Eng Sekuritas Isnaputra Iskandar dalam riset 7 Januari 2021 memperkirakan, pada tahun 2020 INCO bisa membukukan laba bersih US$ 106,9 juta atau naik 86,2% secara year on year (yoy). Perolehan laba bersih INCO juga akan lebih tinggi dari proyeksi Maybank sebelumnya di US$ 93,9 juta. Kenaikan laba bersih tersebut karena INCO berhasil melakukan pengendalian biaya. 

Baca Juga: Vale Indonesia (INCO): Kenaikan harga nikel cuma sementara


"Pertumbuhan pendapatan yang kuat disebabkan biaya INCO yang lebih rendah 7,2% secara tahunan menjadi US$ 8.884 per ton," jelas Isnaputra dalam riset. Penurunan biaya tersebut karena terjadi penurunan harga minyak dan batubara. 

Selain itu, tarif pajak INCO juga lebih rendah sebesar 10% dari tahun 2019 sebesar 35,6%. Keduanya diimbangi harga jual rata-rata INCO yang lebih rendah menjadi US$ 10.476 per ton atau turun 3,5% secara yoy. Sedangkan volume penjualan INCO cenderung mendatar sebanyak 72.000 ton.

"Kami pikir akan ada kejutan pendapatan tahun 2020 karena volume penjualan akan lebih tinggi dari yang diharapkan," jelas Isnaputra. Menurut manajemen INCO, volume penjualan nikel pada 2020 bisa mencapai 73.000-74.000 ton. 

Jika berhasil maka volume penjualan nikel akan lebih tinggi dari asumsi Maybank Kim Eng sebesar 72.000 ton. Menurut Isnaputra, setiap 1% perubahan dalam asumsi volume 2020, perkiraan penghasilan INCO akan berubah 2,8%. 

Baca Juga: Harga nikel masih ngebut, ini kata Vale Indonesia (INCO)

Tren perbaikan kinerja INCO juga akan berlanjut pada tahun ini meski volume lebih rendah. "Kami memperkirakan laba INCO tahun ini akan tumbuh 12,3% secara yoy menjadi US$ 105,5 juta," proyeksi Isnaputra. 

Kenaikan kinerja INCO menurut Isnaputra didukung dari harga jual rata-rata nikel lebih tinggi 14,4% secara tahunan menjadi US$ 11.949 per ton. "Ini mengimbangi volume nikel INCO yang lebih rendah 10,5% secara yoy menjadi 64.521 ton," jelas Isnaputra. Penurunan produksi tersebut karena pembangunan kembali tungku #4. 

Namun, biaya produksi INCO bisa jadi naik 9,2% secara tahunan sebesar US$ 9.819 per ton didorong oleh kenaikan harga minyak dan harga batubara. Tak hanya itu, INCO di tahun ini juga akan dikenai tarif pajak efektif yang lebih tinggi sebesar 22% dari tahun 2020 sebesar 10%. 

"Setiap 1% perubahan dalam asumsi harga jual rata-rata alias average selling price (ASP) 2021 akan memengaruhi pendapatan sebesar 5,6%," terang Isnaputra. 

Namun, Isnaputra masih menyarankan beli saham INCO dengan harapan harga nikel akan lebih tinggi. "Pemulihan ekonomi global akan berdampak positif bagi pendapatan dan menjadi katalisator untuk harga saham INCO," terang dia. 

Baca Juga: Ini penyebab produksi Vale Indonesia (INCO) di 2021 lebih rendah dari target 2020

Di tahun 2020, INCO diperkirakan bisa membukukan pendapatan US$ 753 juta dan pada tahun 2021 pendapatan INCO mencapai US$ 771 juta. Karena itu, Isnaputra masih rekomendasi saham INCO untuk beli dengan target harga Rp 7.000 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Avanty Nurdiana