KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Tren perjalanan wisata pada saat libur sekolah di Amerika Serikat (AS) alias musim panas tahun ini akan meningkat pesat. Pasalnya, momentum ini akan jadi
summer pertama tanpa pembatasan terkait pandemi Covid-19 di seluruh dunia. Fenomena ini diperkirakan akan membuat lalu lintas penerbangan internasional bakal tinggi dan tarif tiket pesawat diprediksi akan semakin mahal hingga akhir tahun nanti. Menurut riset TW Cowen dilansir dari
Bloomberg, Sabtu (27/5), akan ada sekitar 275 juta orang di AS melakukan perjalanan selama periode 25 Mei hingga 4 September 2023. Angka itu lebih tinggi 7,4% dari rekor pejalanan sebelum pandemi pada tahun 2019 dan meningkat 19% dari tahun 2022.
Kawasan Eropa diperkirakan akan menjadi destinasi pariwisata yang paling ramai pada musim panas tahun ini. Alhasil, sejumlah maskapai lebih banyak meningkatkan kapasitas pada rute internasional dibanding periode musim
summer tahun lalu, Harga tiket pesawat dari AS ke Eropa kini tercatat paling tinggi dalam lebih dari lima tahun, menurut aplikasi pemesanan perjalanan Hopper. Rata-rata tarif pesawat pulang pergi (PP) untuk periode musim panas sebesar US$ 1.167. Sedangkan tahun lalu hanya US$ 850 dan US$ 861 pada 2019. Adapun rata-rata harga tiket pesawat dari AS ke Asia mencapai US$ 1.817, naik dari US$ 1.468 pada tahun 2022 dan US$ 1,122 pada 2019. CEO Delta Air Lines, Ed Bastian mengatakan, kursi internasional maskapai untuk penerbangan musim panas sudah terjual 75%. Artinya, orang-orang yang belum memesan tiket bakal sulit mendapatkan kursi ke depan. Sebaliknya, tarif tiket perjalanan domestik justru turun. Masih menurut Hopper, rata-rata harga tiket PP penerbangan domestik hanya US$ 306, turun 19% dari tahun lalu walau masih di atas rata-rata tarif 2019 sebesar US$ 288. Biasanya industri pariwisata sangat sensitif terhadap kontraksi ekonomi. Namun, tahun ini bakal anomali. Ancaman resesi di AS tak menyurutkan minat orang-orang melakukan perjalanan wisata pada libur musim panas karena keinginan berlibur sudah terpendam selama tiga tahun terakhir akibat Covid-19. Jika pada pandemi, konsumen fokus untuk membelanjakan uang untuk kebutuhan mendesak saja, kini mereka ingin mengeluarkan dana untuk mencari pengalaman, menurut sejumlah eksekutif maskapai dikutip
Bloomberg. Mereka rela membeli tiket dengan harga mahal, terutama untuk perjalan ke luar negeri. Tingginya permintaan juga didorong adanya fleksibilitas jadwal kerja. Orang-orang juga bisa bekerja sambil berlibur. American Airlines menyebut, sebanyak 35% perjalanan pada tiga bulan pertama tahun ini berasal dari orang-orang yang bekerja sambil berlibur. Sementara yang murni perjalanan bisnis hanya 30%. Segmen yang belum sepenuhnya pulih hanya perjalanan korporasi, masih di bahwa level sebelum pandemi. Peningkatan harga tiket pesawat tahun ini sebagaian besar karena perbandingan penawaran dan permintaan. Pada saat permintaan perjalanan anjlok tahun 2020, industri penerbangan menghentikan operasional pesawat dan mengurangi karyawan. Saat kondisi pulih, mereka mulai menaikkan harga tiket agar bisa mengerek gaji karyawan dan memperbaiki kinerja keuangan.
Maskapai di AS sulit mengembalikan kapasitas meskipun tingkat perjalanan sudah pulih lantaran tingkat pemangkasan karyawan saat pandemi sangat tinggi, termasuk dorongan pensiun dini. Menurut Airlines for Amerika, Asosiasi operator penerbangan AS, pengurangan pegawai maskapai hampir 77.000. Memang pada saat vaksinasi Covid-19 dimulai tahun 2021, permintaan perjalanan mulai naik dan maskapai di AS berusaha meningkatkan penerbangan. Namun, peningkatan terbatas karena industri ini harus bersaing dengan sektor lain seperti logistik dan
e-commerce untuk mendapatkan karyawan. Pada tahun 2022, maskapai AS terpaksa kembali mengurangi rencana terbang karena beragam kendala, mulai dari kekurangan pilot, pelatihan tidak berjalan, dan ditambah dengan kenaikan harga bahan bakar ke rekor tertinggi hingga gangguan kontrol lalu lintas udara. Beberapa operator masih memiliki pesawat yang diparkir karena kekurangan pilot. American Airlines, misalnya, memiliki sebanyak 150 jet regional yang jarang terbang dan dikandangkan Sementara kurangnya pengontrol lalu lintas udara telah memaksa operator termasuk Delta, United Airlines Holdings dan JetBlue Airways untuk memangkas penerbangan mereka sebanyak 10% musim panas ini dari rencana awal mereka di beberapa bandara tersibuk.
Editor: Dina Hutauruk