KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah melihat, investasi dari Amerika Serikat (AS) terpantau bergeser dari segi sektoral. Sepanjang kuartal II-2018, investasi AS tercatat US$ 273,9 miliar di Indonesia atau menempati urutan ke tujuh. Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro mengatakan, selama ini investasi AS lebih cenderung besar ke sektor tambang dan tepatnya di Papua. Hal ini terjadi pada 2014 hingga 2017. Namun demikian, kini, sektor yang diminati oleh AS terpantau bergeser menjadi hotel dan restoran dan tepatnya di DKI Jakarta.
“Jadi, paling tidak
pattern-nya pindah ke sektor jasa dan promoting tourism. Saya harap pattern ini akan berlanjut karena pada akhirnya, kami memang harus berharap kepada turis dan pariwisata,” kata Bambang di Jakarta, Kamis (27/9). Ia menambahkan, meski ada pada posisi ke tujuh, investasi AS di Indonesia masih relatif lebih kecil dibandingkan dengan negara-negara seperti Singapura, Jepang, dan China. “
Share investasi AS di Indonesia hanya berkisar dari 3,1%-6,2%,” kata dia. Oleh karena itu, Bambang mengatakan, Indonesia membuka banyak peluang bagi AS untuk berinvestasi di Indonesia. Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan investor AS memandang iklim investasi Indonesia sekarang ini masih baik dan tidak terpengaruh dengan sentimen tahun politik. “Investor kebanyakan pandangannya jangka panjang. Di AS, mereka sudah terbiasa dengan tahun politik, jadi bukan isu,” ujar dia di lokasi yang sama. Menurut Airlangga, secara keseluruhan, selain industri ekstrakif, AS tengah menyukai investasi di industri digital. Dengan demikian, Indonesia perlu membuat ekosistem digital yang memadai. “Ini agar digital economy bisa masuk. Champion economy sekarang kan Google, Apple, dan Silicon Valley
based company lainnya. Nah ini yang kita mesti kita tarik ke Indonesia,” ucapnya,
Dalam hal ekonomi digital ini, Indonesia membidik sektor
solution based ecosystem. “Jadi, solusi itu bisa
healthcare, makanan dan minuman, daur ulang dari plastik dan banyak hal lagi yang bisa didorong,” kata Airlangga. Selain investasi, ia mengatakan, Indonesia juga mendorong perdagangan lebih lancar dengan AS. Sebab, ada beberapa sektor yang bisa didorong oleh pemerintah Indonesia. “Tentu ini masih perlu di-
follow up. Apalagi ada beberapa sektor yang bisa kita dorong, misalnya tekstil itu kan kita selalu impor kapas dari AS. Tentunya kalau bisa kita kembalikan dalam bentuk tekstil garmen itu akan lebih baik,” ujarnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi