Tren IPO di Asia Tenggara Lesu, BEI dan OJK Masih Optismistis



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penghimpunan dana di pasar modal melalui gelaran penawaran umum sahamperdana alias Intial Public Offering (IPO) di bursa kawasan melesu, tanpa terkecuali Indonesia. 

Berdasarkan data Deloitte, total dana IPO yang berhasil dihimpun di kawasan Asia Tenggara mencapai US$ 1,4 miliar pada semester I-2024. Ini turun 59% secara tahunan dari US$ 3,4 miliar. 

Dari sisi jumlah emiten baru, raihan di paruh pertama ini turun 21% secara tahunan year on year (YoY) menjadi 67 perusahaan baru. Pada periode yang sama di 2023, total perusahaan yang menggelar IPO ada 85. 


Baca Juga: Baru Melantai di Bursa, LABS Incar Laba Tumbuh 40%

Sejalan dengan itu, kapitalisasi pasar alias market cap IPO juga ikut merosot sebesar 71% YoY menjadi US$ 5,8 miliar. Padahal di semester I-2023, market cap IPO di Asia Tenggara mencapai US$ 20,1 miliar. 

Direktur Pengembangan Bursa Efek Indonesia Jeffrey Hendrik menuturkan pelemahan minat pasar untuk menggelar IPO disebabkan oleh beberapa sentimen, terutama faktor global. 

Pertama, kenaikan suku bunga di berbagai bank sentral di berbagai negara. Hal ini menyebabkan turunnya likuiditas di pasar keuangan global. 

“Kedua, wait and see selama periode pemilu, di mana tahun ini ada 60 negara di dunia yang melakukan pemilihan presiden baru,” kata Jeffrey, Rabu (10/7). 

Ketiga, adanya pelemehan ekonomis wilayah, termasuk China dan Hong Kong. Terakhir, risiko geopolitik yang mempengaruhi kenaikan volatilitas ekonomi dunia. 

“Namun demikian, kami tentu berharap kondisi akan membaik di semester kedua tahun ini,” ucap Jeffrey. 

Baca Juga: Paling Aktif Ditransaksikan Tapi Saham GOTO Masih Betah di Gocap, Ini Penjelasannya

Inarno Djajadi, Kepala Eksekutif Pengawasan Pasar Modal, Keuangan Derivatif dan Bursa Karbon Otoritas Jasa Keuangan masih optimsitis penghipunan dana di pasar modal bisa mencapai Rp 200 triliun. 

“Dalam lima tahun terakhir, penghimpunan dana lewat IPO saham sebanyak 25 menempati posisi ketiga dari sisi jumlah penawaran umum,” jelas dia. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi