KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tahun ini, laju kenaikan suku bunga acuan Amerika Serikat (AS) berpotensi melambat dibanding tahun 2018. Lantas, kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia pun mungkin tertahan. Dampaknya, potensi bunga Surat Berharga Negara (SBN) sepanjang tahun ini ikut menurun.
Kemungkinan tersebut disadari oleh Direktur Surat Utang Negara Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan Loto Srinaita Ginting. Menurutnya, konsensus ekonom maupun investor global saat ini mengarah pada kemungkinan Bank Sentral AS tidak menaikkan suku bunga sama sekali atau paling tidak hanya dua kali di tahun ini.
"Pasar keuangan memang dinamis dan SBN merupakan instrumen investasi yang terkait dengan perkembangan pasar keuangan. Saat ini memang ada kecenderungan penurunan tingkat bunga untuk SBN dibandingkan waktu lalu misalnya saat kami menerbitkan Sukuk Tabungan di November," ujar Loto, Kamis (10/1).
Saving Bond Ritel (SBR) 005 yang rilis hari ini, misalnya, mematok kupon sebesar 8,15%. Perhitungannya yakni menambahkan posisi 7-Days Reverse Repo Rate (BI7DRR) 6,00% dan fixed spread sebesar 2,15% atau 215 basis poin.
Menurut Loto, tak tertutup kemungkinan, tingkat kupon yang ditawarkan SBR005 tersebut menjadi yang paling tinggi di antara SBN Ritel yang akan terbit berikutnya. Apalagi, yield Surat Utang Negara (SUN) acuan bertenor 10 tahun mulai bergerak menurun ke bawah level 8%, kata Loto.
"Tapi saat menetapkan kupon (SBN) kami akan tetap perhitungkan semuanya, selain suku bunga BI, juga kondisi neraca pembayaran, maupun tingkat rerata bunga deposito perbankan itu diperhitungkan semuanya," kata Loto. Lantas, kupon SBN Ritel ke depan tetap atraktif bagi investor dan sesuai dengan kondisi pasar saat itu.
Adapun, Ekonom Samuel Sekuritas Indonesia Ahmad Mikail berpendapat, kecil kemungkinan The Fed bakal menurunkan tingkat suku bunga di tahun ini. Sehingga, Bank Indonesia pun masih akan cenderung mempertahankan tingkat suku bunga pada kisaran levelnya saat ini.
"Potensi suku bunga AS tidak naik tahun ini memang cukup besar, tapi potensi bunga turun masih sangat kecil. Stance kebijakan moneter AS juga masih dalam pengetatan sampai sekarang," ujar Mikail, Kamis (10/1).Oleh karena itu, ia memproyeksi tingkat bunga SBN domestik pun masih belum akan turun signifikan.
Terutama, SBN Ritel yang kuponnya kerap dipatok lebih tinggi dibanding imbal hasil SUN acuan untuk menarik minat investor ritel dalam negeri.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News