KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (
INTP) mampu mencetak kinerja positif hingga kuartal III-2021. Hasil tersebut bisa saja berlanjut asalkan dampak kenaikan harga batubara terhadap industri semen bisa diminimalisir. Per kuartal III-2021, INTP mencatatkan kenaikan pendapatan neto sebesar 4,5% (yoy) menjadi Rp 10,60 triliun. Di periode yang sama, laba periode berjalan INTP tumbuh 8,2% (yoy) menjadi Rp 1,20 triliun. Dari sisi operasional, volume penjualan domestik (semen dan klinker) INTP naik 4,9% (yoy) menjadi 12,70 juta ton per kuartal III-2021. Hasil ini membuat pangsa pasar INTP berada di level 25,5%. Adapun penjualan ekspor INTP meroket 288% (yoy) menjadi 333.000 ton hingga kuartal tiga lalu.
Direktur dan Sekretaris Perusahaan INTP Antonius Marcos mengatakan, pihaknya meyakini tren kinerja positif INTP akan terus berlangsung sampai akhir tahun nanti. “Ini dengan catatan bahwa pelaksanaan harga DMO (
Domestic Market Obligation) di lapangan dapat berjalan sesuai peraturan pemerintah,” ujarnya, Jumat (12/11).
Baca Juga: Pemberlakuan DMO batubara bisa mengurangi beban Indocement (INTP) Manajemen INTP pun menyambut positif kebijakan penetapan harga maksimal batubara untuk industri semen sebesar US$ 90 per ton oleh pemerintah. Harga tersebut berlaku per 1 November 2021 sampai 31 Maret 2022 mendatang. Kebijakan tersebut patut diapresiasi lantaran pabrikan semen, termasuk INTP, sedang kesulitan memperoleh batubara dengan harga yang lebih wajar. Padahal, batubara merupakan bagian penting dari biaya energi yang cakupannya mencapai kisaran 40%--50% dari total biaya produksi semen. Saat ini, harga batubara memang sedang menggila. Di bulan November ini, harga batubara acuan (HBA) ditetapkan sebesar US$ 215,01 per ton atau meningkat 33% dari bulan sebelumnya. Terlepas dari itu, Antonius tetap berharap supaya kebijakan DMO tersebut tidak sekadar regulasi di atas kertas saja. Pasalnya, jika pemerintah abai, bukan tidak mungkin para produsen batubara justru lebih memilih menjual produknya ke pasar ekspor ketimbang memenuhi kebutuhan untuk industri di dalam negeri. Ia mengaku, dengan meningkatnya ongkos produksi seiring kenaikan harga batubara, maka mau tidak mau INTP mesti memulai menaikkan harga produk semennya dalam beberapa waktu terakhir di pangsa pasar tertentu. Hal ini tidak bisa dihindari, sebab margin INTP akan terus tergerus jika tidak menaikkan harga produk. “Kami akan melakukan kenaikan harga secara hati-hati sambil terus mencermati perkembangan pasar,” imbuh Antonius. Secara umum, pada tahun ini, INTP memandang bahwa konsumsi semen domestik tetap berada dalam tren yang positif dengan potensi pertumbuhan 4%--4,5%. Diharapkan pula kinerja INTP dapat sejalan dengan tren pertumbuhan konsumsi semen tersebut.
Baca Juga: Simak rekomendasi saham emiten semen di tengah sentimen pajak karbon dan DMO batubara Dari sisi biaya, INTP terus fokus pada pengendalian biaya, operasi yang efisien, dan transformasi digital pada seluruh lini bisnis perusahaan tersebut. Tak hanya itu, inovasi terus dilakukan oleh INTP dengan merilis tiga jenis produk mortar baru, yaitu Mortar TR-10 (TR-10 Mortar Serbaguna), Mortar TR-15 (TR-15 Thinbed), dan Mortar TR-20 (TR-20 Plester Plus). Target dari kapasitas produksi mortar ini adalah 180.000 ton per tahun. INTP mengeluarkan investasi sebesar Rp 45,5 miliar dari kas internal perusahaan untuk pengembangan produk baru tersebut.
Mortar ini memiliki sumber bahan baku yang berasal dari tambang INTP di Citeureup Bogor, termasuk pasir limestone.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto