KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Reksadana Exchange Traded Fund (ETF) yang semakin populer di Indonesia. Tak heran jika sejumlah manajer investasi (MI) pun tertarik untuk merilis produk reksadana ETF. Lihat saja, PT BNP Paribas Asset Management yang akhirnya merilis produk reksadana ETF pertamanya pada hari ini (21/9). Reksadana Indeks BNP Paribas IDX Growth30 ETF (XBIG) ini menjadi ETF ke-49 yang dicatat di Bursa Efek Indonesia (BEI). Adapun, reksadana ETF tersebut menjadi produk anyar kedua yang diterbitkan di tahun ini. Catatan tersebut jauh lebih sedikit dibandingkan periode yang sama tahun lalu, di mana ada tujuh produk ETF baru yang dirilis.
Namun, jika dilihat dari sisi peminatnya, investor justru semakin memburu produk ETF. Hal ini bisa tercermin dari pertumbuhan dana kelolaan ETF dalam lima tahun terakhir. Merujuk data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), pada tahun 2016, dana kelolaan ETF baru mencapai Rp 6,4 triliun. Namun, per Agustus 2021, jumlahnya sudah menjadi RP 14,8 triliun atau naik 114% dari lima tahun yang lalu.
Baca Juga: BNP Paribas AM meluncurkan Reksadana Indeks BNP Paribas IDX Growth30 ETF Begitupun jika dilihat dari sisi data transaksi ETF di BEI yang terus mengalami kenaikan. Tercatat, per kuartal I-2021, volume transaksi mencapai 489,35 juta dengan nilai transaksi sebesar Rp 242 miliar. Sementara, per kuartal II-2021, volume transaksi melesat mencapai 543,31 juta dengan nilai transaksi juga terkerek jadi Rp 262 miliar.
Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengungkapkan, tumbuhnya nilai transaksi dan dana kelolaan pada reksadana ETF menjadi bukti terus meningkatnya minat investor terhadap produk ini. Ia menjelaskan, ETF memang jadi pilihan alternatif bagi investor terutama institusi untuk masuk ke instrumen berbasis indeks yang memberikan kinerja setara
benchmark dengan risiko lebih terukur dan transparan. Walaupun sama-sama berbasis indeks, Wawan menyebut keunggulan ETF dibanding reksadana indeks adalah ETF menawarkan likuiditas yang lebih baik. “Jadi ETF bisa dijual kapanpun sesuai dengan mekanisme pasar saham,” jelas dia kepada Kontan.co.id, Selasa (21/9). Sementara dari sisi kinerja, Wawan tak menampik bahwa kinerja reksadana ETF cenderung tertekan sepanjang tahun ini. Hal ini tidak terlepas dari sebagian besar indeks utama di Indonesia yang memang tertinggal dari IHSG. Bahkan, kinerja
year to date (ytd) berbagai indeks sektoral masih negatif. Menurut dia, minimnya eksposur pada sektor teknologi dan bank digital pada indeks saham jadi penyebab utama.
Baca Juga: Dana kelolaan industri reksadana bertambah Rp 4,30 triliun pada Agustus 2021 Dengan demikian, kinerja ETF pun menjadi searah dengan hal tersebut. Namun, Wawan memprediksi, kuartal IV-2021 akan jadi periode yang lebih baik bagi kinerja ETF. Hal tersebut akan didukung oleh perbaikan ekonomi dengan semakin meningkatnya aktivitas ekonomi yang pada akhirnya bisa membuat kinerja emiten ikut membaik.
“Secara historis indeks IDX30 merepresentasikan saham-saham dengan kapitalisasi besar dan likuiditas yang baik, sehingga ETF berbasis indeks ini bisa jadi pilihan yang menarik ke depan,” imbuh Wawan. Ke depan, Wawan juga berharap para MI bisa mulai mencoba menerbitkan produk yang memiliki eksposur ke saham "new economy" seperti sektor teknologi dan bank digital untuk menyamai pergerakan IHSG. Walaupun hal tersebut berpotensi memberikan risiko tambahan, namun inisiatif seperti ini bisa menjadi pilihan diversifikasi bagi para investor.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari