Tren pemulihan pasar batubara diprediksi baru bisa terlihat setelah bulan Juni



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasar batubara diprediksi belum akan pulih dalam waktu dekat ini. Jika pandemi corona (covid-19) tak terus meluas, tren kenaikan harga dan pasar yang stabil diproyeksikan baru bisa terlihat mulai Juni atau pada periode paruh kedua tahun ini.

Ketua Indonesian Mining and Energy Forum (IMEF) Singgih Widagdo mengungkapkan, mulai pulihnya konsumsi batubara di China memang menjadi sentimen positif bagi pasar batubara global, termasuk untuk produsen batubara Indonesia. Sebab, lebih dari seperempat total ekspor batubara Indonesia ditujukan untuk pasar Negeri Tirai Bambu tersebut.

Kendati begitu, permintaan batubara dari China ditaksir tidak akan naik secara signifikan dalam waktu dekat. Singgih menerangkan, konsumsi batubara dari beberapa pembangkit listrik (coalpower plant) yang merangkak naik belum diimbangi dengan serapan energi pada sektor industri yang belum sepenuhnya normal.


Baca Juga: Ada wabah Covid-19, Bukit Asam (PTBA) kalkulasi ulang rencana produksi dan penjualan

Menurut Singgih, selain mempertimbangkan kondisi dalam negeri, China juga mencermati pasar ekspor mereka yang masih tertekan menghadapi pandemi Covid-19. "Jadi secara signifikan belum sepenuhnya kembali seperti sebelum pandemi terjadi. Secara makro belum sepenuhnya normal, paling bisa kita lihat setelah Juni," kata Singgih kepada Kontan.co.id, Minggu (26/4).

Oleh sebab itu, Singgih memprediksi, belum akan ada kenaikan kinerja produksi dan penjualan batubara selama Kuartal II ini. Apabila selama Kuartal I tingkat produksi batubara nasional berada di angka 144 juta ton, maka pada periode Kuartal II jumlahnya pun tak akan banyak berbeda.

"Di kuartal I 2020 (produksi) sebesar 144 juta atau 26% dari total 550 juta target pemerintah. Namun, saya yakin belum ada kenaikan signifikan dari target produksi di level korporasi," ujarnya.

Sebagai informasi, merujuk perkiraan UBS Swiss pada pertengahan bulan ini, konsumsi batubara China telah kembali sekitar 94% dari posisinya di tahun lalu. Sedangkan menurut Asosiasi Transportasi dan Distribusi Batubara China, penggunaan batubara oleh pembangkit listrik dari lima utilitas utama China mencapai 488.800 ton pada pekan terakhir Maret 2020. Angka itu lebih dari dua kali lipat dibandingkan dengan level terendahnya pada 10 Februari.

China, memang menjadi pasar ekspor utama batubara Indonesia. Sebagai gambaran, pada tahun lalu porsi ekspor ke China mencapai 33% dari total ekspor batubara Indonesia di 2019 yang mencapai 454,5 juta ton.

Menurut Ketua Indonesia Mining Institute (IMI) Irwandy Arief, kabar tersebut memang dapat menjadi sentimen positif untuk kinerja produksi dan ekspor batubara Indonesia. Namun, ia mengingatkan bahwa pandemi Covid-19 yang masih merebak dan belum teratasi di sejumlah negara menjadi kondisi yang harus diwaspadai hingga akhir tahun nanti.

Dengan kondisi tersebut, Irwandy memprediksi pasar dan harga batubara di bulan Mei masih akan melanjutkan tren penurunan. "Namun diharapkan mulai Juni, harga mulai naik kembali, dengan catatan Pandemi Covid tidak meluas. Pengaruh Covid-19 perlu diwaspadai pada Kuartal II sampai dengan akhir tahun 2020," terang Irwandy.

Baca Juga: Kementerian ESDM terbitkan regulasi harga patokan untuk tata niaga nikel domestik

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Khomarul Hidayat