Tren Penggunaan Material Ekspos Meningkat, Ini Keunggulannya Kata Pakar Arsitek



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tren penggunaan material ekspos di Indonesia telah meningkat sejak sepuluh tahun terakhir. Hal itu terjadi di tengah maraknya pembangunan rumah dengan desain tropis modern.

Andy Rahman, Arsitek dari firma Andyrahman Architect menyebut, material ekspos sejatinya terinspirasi dari arsitektur nusantara. "Nenek moyang kita dulu saat mengembangkan desain dan arsitektur selalu mengedepankan prinsip kejujuran material, sehingga material ditampilkan apa adanya. Itu karena mereka paham betul kondisi iklim, jadi mereka menggunakan bahan material yang tidak melawan alam,” kata dia dalam talkswow bertajuk Ekspresi Material Ekspos Pada Seni Arsitektur, baru-baru ini. 

Andy mengaku kerap mengaplikasikan material bangunan dengan cara diekspos tanpa diberi finishing dalam karya-karyanya. Hal ini mengacu pada karakter bangunan arsitektur nusantara yang pada umumnya memperlihatkan struktur atau material asli tanpa finishing.


Menurut dia, hampir semua material pada sebuah bangunan bisa diekspos, mulai dari atap, rangka, baja struktur hingga dinding. Ia mengaku lebih sering menggunakan bahan material batu bata karena dinilai mempunyai karakteristik menarik dan memiliki potensi untuk dikembangkan dalam konsep arsitektur kontemporer.

Baca Juga: Membangun Kota Masa Depan

Bahan material lainnya yang sering digunakan Andy adalah roster. Material ini dapat membuat udara dan cahaya alami masuk hingga ke bagian dalam bangunan. Dengan begitu, seluruh ruang menjadi lebih sehat karena selalu mendapat udara dan cahaya alami dan penggunaan AC (Air Conditioner) dapat diminimalkan. 

Ia menambahkan, pembangunan karya arsitektur juga harus memperhatikan perawatannya. Sebab, mayoritas desain bangunan saat ini menghabiskan banyak dana untuk perawatan bangunan dalam jangka panjang.  

Sementara dengan penerapan material unfinished dapat menghemat biaya maintenance sebab dalam waktu yang akan datang tidak perlu dilakukan pengecatan ulang. Material bata atau roster cukup dibersihkan debunya saja.

Andy mengungkapkan, dirinya gemar menggunakan material ekspos sejak tahun 2014. Sebelumnya, ia banyak membangun hunian dengan konsep minimalis, kemudian ia putar haluan dan lebih banyak mengembangkan hunian dengan material ekspos.

PT Demix Sarana Industri Indonesia juga menyadari potensi dan keunggulan material ekspor tersebut. Itu sebabnya, perusahaan menghadirkan produk yang memadukan antara teknologi dan kelokalan.

Baca Juga: Daikin Gelar Penghargaan Hunian Ideal Bagi Masyarakat Indonesia

Menurut Fitria Novita, President Director PT Demix Sarana Industri Indonesia, mengungkapkan produk-produk yang dihasilkan Demix saat ini mengadopsi teknologi terkini yang dapat digunakan dengan mudah oleh tukang-tukang lokal yang ada di Indonesia. 

“Logo Demix juga terinspirasi dengan tatanan Candi Borobudur, kebanggan kita sebagai orang lokal, tapi kemudian kita juga mau mengedukasi supaya bagaimana tukang-tukang mau menggunakan material yang memiliki teknologi sehingga dapat menghasilkan bangunan yang lebih baik,” ujar Fitria dalam keterangannya, Senin (27/11).  

Sementara menurut David AL, penikmat arsitektur, arsitektur selalu berevolusi dari waktu ke waktu. Indonesia sendiri memiliki ciri khas arsitektur yang akan selalu tetap relevan  dan timeless digunakan karena selalu memperhatikan kondisi alam sekitar. Berbeda dengan gaya arsitektur dari luar negeri yang belum tentu bisa diaplikasikan di Indonesia. 

“Arsitektur di luar negeri dapat digunakan di Indonesia, namun harus ada beberapa hal yang diperhatikan salah satunya adalah musim, karena di luar negeri memiliki empat musim dan di Indonesia memiliki 2 musim, sehingga arsitektur yang akan digunakan harus menyesuaikan dengan musim di negaranya sendiri,” ujar David.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dina Hutauruk