Tren Penurunan Kelas Menengah Tak Goyahkan Stabilitas Kredit Akseleran



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di tengah sorotan terhadap penurunan jumlah masyarakat ekonomi kelas menengah di Indonesia, fintech peer-to-peer (P2P) lending PT Akselerasi Usaha Indonesia atau Akseleran tidak melihat adanya peningkatan risiko kredit macet di kalangan peminjam produktif, terutama dari kelas menengah.

Ivan Nikolas Tambunan, Group CEO & Co-Founder Akseleran, menyatakan bahwa stabilitas tersebut terlihat dari rendahnya tingkat kredit macet di perusahaan yang sejauh ini tidak menunjukkan kenaikan. 

"Jadi, sulit untuk mengatakan bahwa ada penurunan kemampuan membayar pinjaman, terutama bagi usaha menengah," ungkap Ivan kepada Kontan pada Selasa (3/9).


Baca Juga: Penyaluran Pembiayaan Akseleran ke Luar Jawa Minim, Ini Alasannya

Namun, Ivan mengakui bahwa kenaikan suku bunga secara otomatis meningkatkan beban bunga bagi peminjam. Hal ini berpotensi menyebabkan beban finansial yang lebih berat, tidak hanya bagi usaha menengah tetapi juga untuk semua segmen peminjam. 

"Secara umum, ini berlaku untuk semua segmen, bukan hanya usaha menengah," tambahnya.

Meskipun demikian, Ivan menegaskan bahwa Akseleran belum melihat adanya tren peningkatan kredit macet. Bahkan, tingkat keberhasilan bayar 90 hari (TKB90) perusahaan terus membaik dan saat ini berada di angka 99,83%, menunjukkan performa yang stabil dan positif.

Baca Juga: Akseleran Jaga Rasio TWP90 di Bawah 1%, Ini Strateginya

Sebagai informasi tambahan, data statistik dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat peningkatan outstanding pinjaman macet fintech P2P lending untuk kelompok usia 35 tahun ke atas (lebih dari 90 hari). 

Pada Juni 2024, jumlah pinjaman macet tercatat sebesar Rp 676,27 miliar, naik dari Rp 637,04 miliar pada Mei 2024, dan juga meningkat dari Rp 584,93 miliar pada Juni 2023.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .