Tren Penyaluran Kredit Konstruksi Apartemen Diproyeksikan Tumbuh pada Tahun Ini



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kendati penjualan properti high rise, seperti apartemen dan perkantoran masih melandai, tetapi penyaluran kredit pemilikan rumah atau apartemen (KPR/KPA) mulai menunjukkan perbaikan.

PT Bank Mandiri (Persero) Tbk misalnya yang mencatatkan pertumbuhan KPR 8,4% year on year (YoY) menjadi Rp 50,1 triliun pada 2022 lalu.

Dengan total penyaluran kredit kepada pengembang properti atau developer telah mencapai Rp 24,23 triliun pada 2022. Realisasi tersebut mengalami peningkatan sebesar Rp 255 miliar jika dibandingkan dengan periode tahun 2021 lalu.


Baca Juga: Menelisik Prospek Sektor Properti di Koridor Timur Jakarta

"Dapat kami sampaikan, Bank Mandiri terus fokus mendorong pembiayaan ke sektor dan segmen yang memiliki potensi yang baik. Termasuk dalam hal ini pembiayaan properti kepada pengembang, untuk tetap ekspansif dengan tetap mengedepankan prinsip kehati-hatian," kata Corporate Secretary Bank Mandiri Rudi As Aturridha kepada kontan.co.id, Jumat (17/2).

Sekaligus, kata Rudi hal tersebut menjadi dukungan Bank Mandiri untuk menyediakan properti yang bermutu dan berkualitas kepada masyarakat serta memberikan manfaat kepada kedua belah pihak dalam membangun sektor properti.

"Tercatat, sampai dengan akhir 2022 dari penerapan prinsip kehati-hatian tersebut, pembiayaan Bank Mandiri kepada debitur pengembang memiliki kualitas sangat baik, tanpa ada yang bermasalah dengan rasio NPL 0%," tutur Rudi.

Hal ini disebut Rudi tentunya selaras dengan strategi mitigasi risiko dan fokus kepada debitur dengan track record yang baik, serta melakukan pemantauan secara aktif guna meminimalisir risiko kredit.

Oleh karena itu pihaknya optimistis ke depan, pembiayaan ke developer masih berpotensi untuk tumbuh. Kendati tren rata-rata pertumbuhan industri yang masih cukup challenging.

Penyaluran KPR baru PT Bank Central Asia (BCA) juga tercatat mampu melampaui level pra-pandemi. Hingga Desember 2022, portofolio KPR BCA tumbuh 11,0% YoY menjadi Rp 108,3 triliun, yang merupakan pencapaian tertinggi sepanjang sejarah perseroan.

"Kami melihat peluang pasar dari sektor properti high rise building turut mendorong kenaikan portofolio kredit secara keseluruhan," kata Executive Vice President Corporate Communication & Social Responsibility BCA, Hera F. Haryn tanpa membeberkan lebih jauh berapa pertumbuhannya.

Tren permintaan KPR/KPA diharapkan masih akan terus bertumbuh di 2023, sejalan dengan kondisi pulihnya permintaan masyarakat di segmen properti, dengan tetap menjaga kualitas kredit yang diberikan.

Baca Juga: Kucuran KPR Bank Mandiri Diprediksi Tumbuh Dua Digit Tahun Ini

Sementara itu, Kredit pemilikan rumah (KPR) PT Bank Tabungan Negara (BTN) masih menjadi motor penggerak utama bisnis BTN. Total KPR BTN tumbuh 9,23% (YoY) menjadi Rp233 triliun pada 2022. Kendati demikian, BTN melihat bahwa permintaan pembelian apartemen memang semakin melandai akibat Covid-19. 

Walau begitu, kualitas kredit KPA di segmen kredit konsumer per Desember 2022 masih lebih tinggi jika dibandingkan dengan kualitas kredit KPR, baik itu KPR Subsidi maupun KPR Non Subsidi. Rasio NPL segmen KPA per Desember 2022 masih berkisar di level 3.6%.

Remedial & Wholesale Risk Bank BTN Elisabeth Novie Riswanti menyatakan, rasio NPL untuk kredit konstruksi disegmen highrise pada tahun 2022 ini masih relatif sama dengan tahun 2021, meskipun sedikit terjadi kenaikan.

"Kenaikan rasio NPL ini bukan semata-mata dikarenakan terjadi kenaikan pokok NPL namun juga disebabkan terjadinya penurunan pokok kredit disegmen ini yang disebabkan pembayaran pokok kredit dari debitur-debitur yang masih di posisi performing loan," ujar Elisabeth.

Namun demikian, dengan semakin baiknya kondisi ekonomi debitur pasca pandemic Covid-19, maka perseroan mengharapkan pada tahun 2023 ini kualitas kredit di segmen KPA akan jauh lebih baik jika dibandingkan dengan posisi Desember 2022.

Elisabeth menjelaskan, debitur kredit konstruksi di segmen highrise sangat terdampak akibat Covid-19 yang berlangsung sejak tahun 2020. Pandemi Covid-19 ini juga ikut mempengaruhi penjualan apartemen sehingga berdampak pada cashflow kredit konstruksinya yang telah diproyeksikan di awal project.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, beberapa debitur kredit konstruksi di segmen highrise juga dilakukan restrukturisasi, sehingga pola pembayarannya dapat disesuaikan dengan cashflow saat ini.

Untuk mengantisipasi peningkatan kredit bermasalah disegmen ini, Bank BTN juga secara rutin melakukan monitoring dan evaluasi, sehingga dapat diambil langkah-langkah yang cepat dan tepat jika terjadi permasalahan.

Baca Juga: Bank BTN Akan Terbitkan Obligasi dan EBA Ritel pada Tahun ini

Upaya-upaya yang dilakukan Bank untuk mengantisipasi peningkatan kredit bermasalah di segmen ini adalah melakukan assessment terhadap debitur-debitur kredit konstruksi, terutama di segmen highrise yang sangat terdampak pandemi Covid-19 yang terjadi sejak tahun 2020. 

Bank juga melakukan pembentukan CKPN yang lebih besar untuk segmen ini, khususnya yang saat ini sedang dilakukan proses restrukturisasi. Hal ini sebagai upaya mitigasi risiko jika debitur tidak sanggup memenuhi kewajiban yang sudah diperjanjikan dalam proses restrukturisasi tersebut.

Di samping itu, untuk kredit konstruksi yang sudah dalam posisi Macet dan sudah tidak ada potensi dilakukan restrukturisasi, maka Bank juga fokus untuk melakukan penyelesaian kredit, baik melalui mekanisme Lelang atau penjualan secara Bulk melalui Tiger Project yang ditargetkan dapat berjalan pada kuartal-I tahun 2023 ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .