Tren PHK Karyawan Startup, Bagaimana Bisnis Startup Agar Bisa Bertahan?



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Meski ekonomi Indonesia mulai pulih dari pandemi Covid-19, namun kabar tidak enak datang dari dunia kerja di Indonesia. Sejumlah startup tanah air melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) kepada karyawannya.

Dibeberapa perusahan startup nyatanya memberikan gaji yang lebih besar daripada perusahaan biasa. Selain itu para karyawannya juga difasilitasi fasilitas yang lengkap dan mewah. Namun hal tersebut dirasa merugikan apabila pendanaan pada startup tersebut tidak besar. Sehingga hal tersebut kerap disebut dengan istilah bakar uang.

Oleh karena itu, agar startup dapat bertahan dan eksis di situasi saat ini maka diperlukan strategi yang matang agar dapat survive. Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengatakan, startup perlu melakukan evaluasi lebih jauh terkait strategi marketing yang digunakan. Sehingga para perusahaan startup tidak harus melakukan bakar uang yang tentu dapar merugikan perusahaan itu sendiri.


“Pilih strategi lain yang lebih rasional sehingga terjadi kenaikan yang sifatnya organik dari market share. Bukan hanya memberikan bakar uang untuk menarik digital tourist atau hanya coba-coba karena promo sesaat,” ujar Bhima kepada Kontan.co.id, Jumat (3/6).

Baca Juga: PHK di Perusahaan Startup, Ini Kata Modal Ventura

Selain itu, pivoting bisnis juga diperlukan agar perusahaan startup dapat merubah lini bisnis yang dianggap kurang menguntungkan. Dengan cara tersebut diyakini dapat menguntungkan startup tersebut karena dapat melihat bisnis yang lebih menguntungkan dan mencari pasar yang memang belum banyak digarap.

“Dengan kata lain kompetitornya belum ketat,” kata Bhima.

Cara lainnya, melakukan perubahan dalam tim manajerial. Bukan hanya efisiensi PHK Karyawan namun juga melakukan perombakan pada unit-unit-unit bisnis. Tak boleh ketinggalan, dalam mencari pendanaan juga harus dilakukan secara cermat pada situasi saat ini.

Biasanya perusahaan startup startup perlu mengambil peluang dari layanan yang disediakan perusahaan modal ventura sehingga dapat memperluas jaringan, publikasi dan mempermudah dalam akses pendanaan. Namun apabila dalam kondisi pendanaan venturanya berkurang, maka startup dapat mempercepat IPO di bursa saham untuk mencari pendanaan dari investor publik.

Selain cara tersebut, beberapa perusahaan startup juga melakukan merger dan akuisisi untuk dapat bertahan.

“Dibandingkan merugi terus menerus, lebih baik menjadi bagian dari konglomerasi besar, artinya siap untuk diakuisisi dan dimerger. Itu juga merupakan salah satu pilihan yang cukup bijak untuk bisa survive,” tambah Bhima.

Hal senada juga disampaikan Direktur Eksekutif ICT Institute Heru Sutadi yang mengatakan bahwa efisiensi total perlu untuk dilakukan. Tidak hanya pengurangan karyawan melainkan juga pengurangan biaya operasional office.

“Lakukan upaya persiapan IPO atau dengan konsolidasi dengan startup sejenis atau ekosistem startup lain yang sudah besar,” kata Heru.

Baca Juga: Karyawan Startup Bayak di-PHK: Citra Perusahaan Jadi Tolok Ukur Investor Suntik Dana

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Khomarul Hidayat