Tren positif pasar obligasi Indonesia masih akan berlanjut di kuartal kedua



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasar obligasi Indonesia masih berpeluang melanjutkan tren positif di sepanjang kuartal kedua. Hanya saja, potensi tersebut dipercaya belum akan terealisasi secara maksimal.

Research Analyst Capital Asset Management Desmon Silitonga mengungkapkan, walau The Fed terus-menerus menunjukkan sikap dovish, besar kemungkinan suku bunga acuan AS akan tetap bertahan di level yang sama di kuartal kedua. “Pasar obligasi kemungkinan baru bisa rally secara maksimal di semester kedua, sebab ada potensi suku bunga acuan benar-benar turun,” ujar Desmon, Jumat (29/3).

Di samping itu, para pelaku pasar juga masih menanti kepastian negosiasi dagang antara AS dan China. Sebab, jika proses negosiasi cenderung berlarut-larut, ujung-ujungnya eskalasi perang dagang berpotensi meningkat sehingga merugikan bagi pasar obligasi dalam negeri.


Dari situ, Desmon menilai, masih agak sulit bagi yield SUN seri acuan 10 tahun untuk bisa menembus level di bawah 7,5% pada kuartal kedua tahun ini. Sebagai catatan, Jumat lalu yield SUN seri acuan tenor 10 tahun berada di level 7,60% atau turun 34 bps dibandingkan posisi di akhir tahun lalu.

Senada, Rio Ariansyah, Senior VP & Head of Investment Recapital Asset Management melihat, potensi turunnya yield SUN sepanjang kuartal kedua sangat terbuka. Namun, sentimen agenda pemilihan umum (pemilu) serentak yang berlangsung di bulan April bisa menahan laju pergerakan yield SUN.

Menurutnya, jelang hari pencoblosan hingga hasil rekapitalisasi suara resmi dirilis, para investor cenderung akan melakukan aksi wait and see. “Yield SUN saat pemilu cenderung bergerak volatil tapi tetap dalam kisaran level yang terbatas,” jelas Rio, akhir pekan lalu.

Desmon berpendapat, walau aksi wait and see oleh investor akan sulit dihindari, sentimen pemilu secara umum tidak berdampak signifikan terhadap kondisi pasar obligasi Indonesia. Dia menambahkan, kondisi pasar obligasi Indonesia justru akan lebih dipengaruhi oleh efek upaya pemerintah dalam menjaga agar defisit transaksi berjalan Indonesia di kuartal pertama lalu tidak semakin melebar.

Terlepas dari itu, para analis menilai bahwa investasi obligasi di kuartal kedua memiliki prospek yang cerah. Desmon menyebut, seiring turunnya yield SUN sejak awal tahun akibat meredanya risiko global, para investor berkesempatan untuk memperbanyak seri-seri bertenor panjang. Ini mengingat seri bertenor panjang menawarkan yield yang lebih tinggi sekaligus potensi kenaikan harga yang lebih optimal.

Sebab, harga obligasi tenor panjang cenderung lebih volatil. “Kecenderungan investor untuk memperpanjang durasi obligasi sudah terlihat dari beberapa lelang SUN terakhir,” katanya.

Sementara itu, Rio menyarankan investor agar tetap melakukan diversifikasi portofolio sekalipun kondisi pasar sudah jauh lebih baik ketimbang tahun lalu. Dengan begitu, investor diharapkan tak hanya fokus pada satu tenor tertentu saja.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati