KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasar surat berharga negara (SBN) kembali diselimuti tren positif. Bahkan, hal ini diperkirakan masih akan terus berlanjut dalam waktu dekat. Membaiknya pasar SBN tercermin dari Indonesia Composite Bond Index yang terus menguat. Bahkan, pada Jumat (11/6) ICBI berada di level 320,06 yang merupakan level tertinggi sepanjang sejarah. Head of Economics Research Pefindo Fikri C Permana menyebut, kondisi pasar obligasi Indonesia saat ini cenderung dipengaruhi kondisi global, salah satunya adalah kondisi ekonomi Amerika Serikat (AS). Belakangan ini, terlihat bahwa pemulihan ekonomi AS rupanya belum seoptimal perkiraan pasar.
Hal ini ditunjang oleh data inflasi AS yang sekalipun angka kenaikannya tinggi, tapi tingginya angka tersebut sebenarnya disebabkan oleh
low base effect atau angka perbandingan awal yang rendah. Selain itu, data klaim tunjangan pengangguran juga belum kunjung mendekati level pre-Covid-19.
Baca Juga: Ketakutan tapering mereda, pasar obligasi Indonesia menguat “Pada akhirnya, ketakutan lonjakan inflasi berkurang yang berujung pada kekhawatiran normalisasi kebijakan The Fed juga berkurang. Hal ini lantas mendorong
yield US treasury menurun, sehingga
yield SBN pun turun,” kata Fikri kepada Kontan.co.id, Jumat (11/6). Fikri menilai, SBN saat ini justru masih
undervalued. Hal ini lantaran selama pandemi Covid-19, pemerintah sudah menurunkan suku bunga sebesar 125 bps, tapi posisi
yield saat ini masih lebih tinggi dibanding sebelum pandemi. Oleh karena itu, ia melihat potensi
yield SBN masih akan terus turun ke depannya. Ditambah lagi, data ekonomi yang mulai membaik juga disebut akan bisa menjadi katalis positif tambahan. Mulai dari survei keyakinan pada dunia usaha dan konsumen yang membaik, angka inflasi yang terjaga, serta nilai tukar rupiah yang stabil. Hanya saja, Fikri menyebut sejauh ini proses pemulihan ekonomi cenderung masih tertahan. Ia berkaca dari jumlah penyerapan tenaga yang cenderung masih terbatas, hingga proses vaksinasi yang belum kunjung maksimal. Di satu sisi, jumlah kasus positif Covid-19 dalam beberapa hari terakhir mengalami kenaikan. Sehingga dalam jangka pendek risiko domestik akan meningkat.
Baca Juga: Kapitalisasi pasar bursa capai Rp 7.210,56 triliun pada perdagangan pekan ini “Walau risiko meningkat, tren untuk SBN dalam waktu dekat ini seharusnya masih tetap bullish. Apalagi, porsi investor asing juga perlahan akan mulai mengalir ditunjang oleh masih tingginya kebutuhan pendanaan dalam negeri,” imbuh Fikri
Terkait kepemilikan asing pada SBN, Fikru mengaku saat ini seberapa porsi investor asing bukanlah hal terlalu yang penting. Pasalnya, investor domestik saat ini porsinya mengalami peningkatan seiring likuiditas yang berlimpah. Namun, ia mengingatkan, yang terpenting adalah menjaga kepercayaan investor. “Dibanding
peers, Indonesia punya
yield yang lebih baik, jadi ini akan picu investor asing untuk masuk. Ditambah dengan likuiditas yang lebih banyak, harga dan
yield SBN bisa lebih baik, lebih kompetitif. Pada akhir tahun
yield SBN acuan 10 tahun bisa ke 6,0% atau lebih rendah,” tutup Fikri.
Baca Juga: Tarik minat investor, analis ini sarankan imbal hasil SBR010 sekitar 5,7%-5,8% Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati