KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri pembiayaan memperkirakan ada potensi kenaikan biaya dana (cost of fund) perseroan pada semester II-2022 seiring kenaikan giro wajib minimum (GWM). Para pemain pun menyiapkan berbagai cara dalam mencari biaya dana semurah mungkin. Ketua Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) Suwandi Wiratno menyampaikan, multifinance tengah menyiapkan berbagai strategi untuk mencari biaya dana (cost of fund) semurah mungkin, termasuk melalui pasar modal. "Dalam mencari dana murah juga termasuk melalui penerbitan obligasi. Kalau ekonomi dalam negeri bagus, pembelian barang dan kredit meningkat, tahun ini kinerja pembiayaan bisa lebih baik dari tahun lalu. Jadi harus siapkan sumber pendanaan dalam momentum pemulihan," ujarnya kepada kontan.co.id.
Salah satu perusahaan pembiayaan Indomobil Finance menyebut, telah memiliki strategi dalam menghadapi potensi kenaikan suku bunga di semester II 2022.
Baca Juga: Restrukturisasi Pembiayaan Multifinance Terus Alami Tren Penurunan "Dengan memiliki banyak sumber pendanaan, kami dapat memprioritaskan pendanaan yang menawarkan CoF lebih murah terlebih dahulu. Kami juga bisa mengkombinasikan antara tenor pinjaman jangka pendek dengan jangka panjang agar average funding cost nya bisa lebih rendah," kata ujar CEO Indomobil Finance Gunawan Effendi. Dalam menerbitkan obligasi, beberapa perusahaan pembiayaan memang telah merealisasikannya pada semester I tahun ini. Sebagian lainnya sedang mempersiapkannya di semester II-2022. Indomobil Finance merupakan salah satu pemain multifinance yang rajin menerbitkan obligasi tahun ini. Pada kuartal dua ini, perusahaan menerbitkan obligasi Obligasi Berkelanjutan V tahap 1. “Total Penawaran Umum Berkelanjutan V ini sebesar Rp 5 triliun dan untuk penerbitan tahap 1 sebesar Rp 600 miliar,” ujar Gunawan. Sebelumnya, perusahaan juga telah menerbitkan Obligasi Berkelanjutan IV tahap 3 tahun 2022 pada Maret lalu. Adapun, jumlah pokok obligasi yang diterbitkan tersebut senilai Rp 1,74 triliun. "Sejak akhir tahun 2021 dan awal 2022, IMFI sudah menerbitkan obligasi dengan tenor 1,3 dan 5 tahun yang memiliki kupon bunga tetap sehingga terhindar dari fluktuasi suku bunga selama tenor obligasi tersebut. Bunga penerbitan obligasi sebelumnya 4,9% untuk tenor 370 hari, 6,5% untuk tenor 3 tahun dan 7,5% untuk tenor 5 tahun," katanya. Dengan pengalaman sudah menerbitkan 18kali obligasi, dimana sekitar 80% sudah terbayarkan lunas serta rating dari Pefindo yang meningkat menjadi A+, diharapkan kepercayaan investor obligasi kepada Indomobil Finance semakin meningkat dan tetap mendukung usaha IMFI. Gunawan mengatakan, kenaikan suku bunga pinjaman ke nasabah bergantung pada kenaikan CoF, efisiensi yang bisa dilakukan dan mempertimbangkan tingkat persaingan. Menurutnya, untuk kenaikan CoF belum bisa diprediksi karena dari perbankan dan obligasi disebut Gunawan belum ada kenaikan yang signifikan. Sementara itu PT Mandala Multifinance Tbk (MFIN) menyampaikan, di masa pemulihan ekonomi ini, perusahaan optimis permintaan pembiayaan juga akan meningkat. Saat ini fokus Mandala adalah meningkatkan kinerja bisnis di semua lini untuk mendapatkan kepercayaan investor yang dapat mendukung Mandala menjangkau lebih banyak konsumen di Indonesia. Perusahaan juga tengah menyiapkan penerbitan obligasi yang dilakukan sesuai dengan rencana target funding Mandala di tahun 2022. Surat utang selalu mengambil porsi 60% dari total sumber pendanaan setiap tahun, sisanya pinjaman bank.
Baca Juga: Industri Multifinance Lebih Selektif Ajukan Pendanaan dari Luar Negeri, Ini Sebabnya Direktur Bisnis MFIN Christel Lasmana mengatakan, di tahun ini, total kebutuhan dana MFIN ada di kisaran Rp 3 triliun. "Kami sedang proses untuk penawaran obligasi dan sukuk di kisaran Juli 2022. Untuk penerbitan bulan Juli, kami saat ini sedang dalam proses bookbuilding. Penerbitan obligasi terbaru MFIN juga akan digelar melalui PUB baru. Kebutuhan penghimpunan dana tahap awal sekitar Rp 500 miliar," ujar Christel. Di sisi lain, PT BFI Finance Indonesia Tbk (BFIN) juga akan berminat menghimpun dana lewat pasar modal pada paruh akhir periode 2022, namun tidak terlalu terburu-buru.
Untuk obligasi, surat utang akan menjadi bekal pendanaan BFI Finance (BFIN) pada semester II-2022, seiring rencana perseroan membidik pertumbuhan di atas 15%, dan mengambil momentum tingginya permintaan pembiayaan. "Meski BFIN ada rencana menerbitkan obligasi lagi di semester II-2022, tapi belum dalam waktu dekat karena saat ini masih banyak fasilitas pendanaan yang bisa kami gunakan," kata Dian Ariffahmi, Corporate Communication Head PT BFI Finance Indonesia. Penerbitan surat utang terbaru dari BFIN, yaitu Obligasi V BFIN dengan limit Rp 6 triliun, terealisasi di Tahap I pada Mei 2021 senilai Rp 600 miliar dan Tahap II pada Agustus 2021 senilai Rp 1 triliun. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi