Tren surplus neraca dagang diprediksi masih berlangsung di paruh pertama 2021



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Neraca perdagangan Indonesia di sepanjang tahun 2020 mengalami surplus. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, surplus neraca perdagangan pada tahun lalu sebesar US$ 21,74 miliar. 

Bila menilik data dari BPS, nilai neraca dagang tersebut membaik daripada nilai neraca dagang pada bulan Desember 2019 yang pada waktu itu mengalami defisit sebesar US$ 3,2 miliar.

Ekonom Bank Mandiri, Faisal Rachman, memperkirakan,kalau tren surplus perdagangan yang besar masih akan bertahan  bahkan hingga di paruh pertama tahun 2021 ini.


“Kemungkinan besar akan bertahan di semester I-2021, didukung oleh pemulihan permintaan di mitra dagang utama dan harga komoditas utama yang lebih tinggi,” ujar Faisal, Jumat (15/1).

Baca Juga: Surplus neraca dagang Indonesia tahun 2020, tertinggi sejak 2011

Kemudian, baru di paruh kedua tahun ini, Faisal melihat kalau impor sudah mulai akan menggeliat, dan mengejar ketertinggalannya seiring dengan percepatan pertumbuhan ekonomi karena penguatan konsumsi dalam negeri dan meningkatnya aktivitas investasi.

Kegiatan investasi yang lebih tinggi ini yang akan mendorong impor bahan baku dan barang modal menjadi meningkat. “Namun, ini dengan asumsi kalau pembatasan kegiatan masyarakat telah lebih longgar daripada tahun 2020,” tambah Faisal.

Kemudian, Faisal juga melihat kalau kinerja impor akan juga ditopang oleh program vaksinasi oleh pemerintah. Dengan didatangkannya vaksin dari luar negeri, maka ini akan berkontribusi dalam menggenjot nilai impor pada tahun 2021.

Dengan mulai meningkatnya aktivitas perekonomian dan juga permintaan tersebut, Faisal juga lalu melihat kalau ini akan berdampak pada defisit neraca transaksi berjalan atau current account deficit (CAD).

Pada tahun ini, CAD diperkirakan akan melebar ke 1,88% dari produk domestik bruto (PDB) atau lebih dalam dari perkiraan CAD di tahun 2020 yang akan sebesar 0,51% PDB.

Selanjutnya: Neraca dagang Desember 2020 surplus US$ 2,1 miliar, berikut komoditas penopangnya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli