KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Triputra Agro Persada Tbk (
TAPG) memperkirakan kinerja bisnisnya dapat kembali meningkat seiring permintaan minyak kelapa sawit atau
crude palm oil (CPO) yang juga berpotensi menanjak. Sebagai informasi, TAPG mengalami penurunan pendapatan 1,04%
year on year (YoY) menjadi Rp 1,91 triliun. Di sisi lain, laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk TAPG meningkat 25,82% YoY menjadi Rp 370,80 miliar. Dari sisi produktivitas kebun, produksi tandan buah segar (TBS) dan CPO TAPG mampu tumbuh masing-masing 9% dan 7% YoY pada kuartal pertama lalu.
Corporate Secretary Triputra Agro Persada Joni Tjeng mengatakan, penurunan pendapatan yang terjadi pada awal tahun ini lebih disebabkan oleh perbedaan waktu untuk pengiriman produk. Ini mengingat stok CPO TAPG disebut naik dibandingkan posisi akhir 2023.
Baca Juga: Kinerja Emiten CPO Masih Lemah di Kuartal I 2024, Cek Rekomendasi Sahamnya “Fokus perusahaan tetap pada optimalisasi produksi seiring usia tanaman yang sedang dalam masa prima,” ujar dia, Selasa (7/5). TAPG pun tetap berhasil melakukan kontrol biaya yang diikuti oleh penurunan harga pupuk secara global. Dengan begitu, EBITDA maupun laba bersih perusahaan berhasil tumbuh dua digit pada kuartal I-2024. Manajemen TAPG menilai ruang pertumbuhan produksi masih sangat terbuka pada sisa 2024, usai masa pemulihan pada tahun sebelumnya. Dari situ, TAPG memperkirakan adanya potensi peningkatan kinerja finansial hingga dua digit pada 2024 yang sejalan dengan harga CPO yang diperkirakan bullish dan biaya produksi, khususnya pupuk, yang sudah menurun. Harga CPO diperkirakan berada di level yang tinggi mengingat permintaannya yang terus meningkat. Apalagi, Kementerian ESDM mengalokasikan kuota B35 sebanyak 13,4 juta kiloliter (KL) pada 2024 dan bisa meningkat menjadi 15,8 juta KL seiring penurunan subsidi untuk impor BBM.
Kini, TAPG berusaha mengoptimalkan hasil produksi melalui program pemupukan dan penguatan infrastruktur pendukung. TAPG juga terus memantau pergerakan harga pupuk dan menentukan waktu yang tepat pembelian pupuk untuk stok 6 sampai 12 bulan ke depan. “Saat ini kami juga sudah meminimalisir pinjaman bank melalui pembayaran dan sudah mengubah utang pada nominal rupiah untuk pinjaman bank,” pungkas dia. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari