Triputra Agro (TAPG) Mencatat Produksi CPO 360.000 Ton Hingga Mei 2024



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Triputra Agro Persada Tbk (TAPG) mencatatkan produksi minyak sawit mentah alias crude palm oil (CPO) sebanyak 360.000 ton di periode Januari-Mei 2024.

Corporate Secretary Triputra Agro Persada Joni Tjeng mengatakan, produksi tersebut juga sudah termasuk hasil dari perusahaan asosiasi. Dengan capaian tersebut, TAPG pun optimistis akan mencapai target produksi di tahun ini.

TAPG melihat proporsi produksi pada tahun 2024 akan mencapai fase normal di semester I yaitu mencapai 45% dari total produksi di tahun 2024. Sementara, di semester dua mencapai 55%, karena merupakan puncak panen. 


“Kondisi iklim yang masih mendukung masih menjaga produksi dan logistik TAPG di semester I 2024,” kata dia kepada Kontan.co.id, Selasa (2/7).

Joni mengatakan, kinerja harga CPO pada tahun 2024 masih berada pada level yang cukup tinggi. Kondisi suplai minyak nabati global yang belum meningkat signifikan, khususnya minyak kedelai, serta harga minyak mentah masih cukup tinggi akibat kondisi geopolitik. Sentimen tersebut pun  menjaga harga CPO di semester I 2024. 

“Hingga Mei 2024, harga rerata alias average selling price (ASP) TAPG untuk perusahaan anak masih berada pada Rp 12.000 per kilogram,” tutur Joni. 

Baca Juga: Kinerja Bisnis Triputra Agro (TAPG) Terimbas Dampak Positif Penguatan Dolar AS

Di tahun 2024, TAPG menerapkan sejumlah strategi untuk menjaga kinerja. Yaitu, optimalisasi hasil produksi melalui program pemupukan, serta optimalisasi infrastruktur pendukung untuk memaksimalkan produksi dan delivery dalam segala kondisi iklim.

Terkait risiko harga pupuk, kebijakan TAPG selalu memantau pergerakan pupuk dan terus melakukan kajian untuk menentukan waktu yang tepat untuk melakukan pembelian untuk 6–12 bulan ke depan. 

Pada saat ini, TAPG juga sudah meminimalkan pinjaman bank melalui pembayaran dan sudah mengubah utang dengan kurs rupiah untuk pinjaman bank. Hal ini dilakukan untuk mengatasi fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

“Tantangan utama pada tahun ini adalah adanya diperkirakan Indonesia akan menghadapi La Nina di saat memasuki masa panen raya di semester II 2024,” paparnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati