KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Triputra Agro Persada Tbk (
TAPG) optimistis harga minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO) masih bisa tinggi di semester II 2023. Sekretaris Perusahaan TAPG Joni Tjeng mengatakan, pihaknya memperkirakan harga CPO pada tahun 2023 masih akan berada di level yang tinggi dibandingkan rata-rata harga selama 5 tahun. Belakangan ini, harga CPO terbantu dengan harga vegetable oil lain dan harga crude oil yang mengalami peningkatan akibat produksi soybean oil yang tidak lagi setinggi perkiraan awal, khususnya di Amerika Serikat (AS) dan Argentina.
Baca Juga: Triputra Agro (TAPG) Proyeksikan 55% Target Produksi Terpenuhi Semester II-2023 “Produsen crude oil, khususnya OPEC+, juga mulai mengatur produksi crude oil mereka, sehingga meningkatkan harga CPO,” ujarnya kepada Kontan, Jumat (7/7). Joni mengatakan, harga CPO yang tetap berada pada level yang tinggi pada tahun 2023 diharapkan dapat mendorong performa perseroan yang diiringi dengan peningkatan tingkat produksi pada semester II 2023. Tingginya harga CPO di semester II 2023 juga didukung permintaan negara-negara konsumen utama, seperti India, yang akan meningkat pada kuartal III 2023. Hal itu didorong oleh India yang akan menyambut Hari Raya Dipawali. “Lalu, ada sentimen dari China yang diperkirakan akan mencatatkan peningkatan PMI indeks pada semester II 2023 seiring
recovery dari perekonomian,” katanya. Pada faktor internal, permintaan domestik diperkirakan akan terus bertumbuh. Sektor pangan domestik akan tetap membutuhkan CPO untuk minyak goreng menjelang Pemilu 2024. Sementara, sektor energi domestik yang akan terus berkembang melalui program B-35, bahkan berpotensi dikembangkan menjadi B-40 di tahun 2024. “Perseroan pada tahun 2023 tetap berfokus untuk mendorong produktivitas untuk meningkatkan penjualan serta menekan
cost per unit akibat biaya pupuk yang relatif tinggi,” tuturnya. Pada semester I 2023, produksi kelapa sawit perseroan mengalami
recovery setelah mencapai produksi tertinggi pada tahun 2022.
Joni memaparkan, momen tersebut pun akhirnya dimaksimalkan perseroan untuk meningkatkan produktivitas melalui program pemupukan yang maksimal. Sehingga, bisa mendorong produktivitas setelah masa
recovery.
Perseroan memperkirakan siklus produksi CPO perlahan akan kembali pada siklus yang normal. Sebagai perbandingan, pada tahun 2021 dan 2022 proporsi produksi CPO untuk semester I dan semester II adalah 50:50. Sehingga, pada tahun 2023 diperkirakan produksi CPO untuk semester I dan semester II adalah 45:55. “Hal ini diharapkan dapat menjaga kinerja perseroan tetap baik di tahun 2023,” tuturnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Handoyo .