KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Triputra Agro Persada Tbk (
TAPG) mencatatkan produksi tandan buah segar (TBS) mencapai 2,06 juta ton per kuartal III 2024, termasuk dari perusahaan asosiasi perseroan. Corporate Secretary TAPG, Joni Tjeng mengatakan, raihan produksi TBS tersebut kurang lebih sudah mencapai target yang ditetapkan oleh perseroan. Produksi TAPG saat ini dalam fase pemulihan setelah dampak El Nino ringan pada semester II 2023. Di saat yang bersamaan, Oil Extraction Rendemen (OER) perseroan juga tetap pada tingkat tinggi selama sembilan bulan pertama di tahun 2024. “Peningkatan produksi diharapkan pada kuartal IV 2024, setidaknya sebanding dengan level tahun lalu,” ujarnya kepada Kontan, Senin (28/10).
Per kuartal III 2024, TAPG mencatatkan pendapatan dari kontrak dengan pelanggan sebesar Rp 6,24 triliun per kuartal III 2024, naik 3,37% secara tahunan alias year on year (yoy). Dari jenis produk, segmen kelapa sawit dan turunannya menyumbang mayoritas ke pendapatan TAPG per kuartal III 2024, yaitu Rp 6,22 triliun. Sisanya, disumbang segmen karet dan turunannya sebesar Rp 22,06 miliar.
Baca Juga: Laba Triputra Agro (TAPG) per Kuartal III 2024 Naik 46,58%, Cek Rekomendasi Sahamnya Berdasarkan pelanggan, penjualan TAPG paling banyak ke PT Sinar Alam Permai sebesar Rp 1,6 triliun di akhir September 2024. Angka itu mencakup 25,68% dari total penjualan TAPG di periode ini. Lalu, penjualan ke PT Kutai Refinery Nusantara Rp 1,52 triliun, mencakup 24,46% dari total penjualan di kuartal III 2024. Penjualan ke PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk (SMAR) Rp 811,93 miliar, mencakup 13,01% total penjualan. Perseroan pun mengantongi laba bersih sebesar Rp 1,61 triliun per kuartal III 2024. Raihan tersebut tercatat naik 46,58% yoy dari Rp 1,1 triliun pada kuartal III 2023. Menurut Joni, perseroan masih berhasil mencatat pertumbuhan kinerja positif berkat efisiensi biaya dan harga CPO berada pada level yang tinggi. Catatan kinerja tersebut ditopang oleh harga jual perseroan yang meningkat 12% yoy. Hal itu didukung beban pokok produksi yang menurun hingga 6% yoy, dengan faktor terbesar akibat penurunan harga pupuk.
“Perseroan melihat pada kuartal IV 2024, produksi akan kembali meningkat dan diperkirakan maksimal akan menyamai angka di tahun lalu,” paparnya. Hingga September 2024, penggunaan belanja modal alias
capital expenditure (capex) sudah mencapai kurang lebih 70% dari target 2024. Penggunaan mayoritas dari Capex masih berfokus pada infrastruktur pendukung, khususnya jalan.
“Ini agar produksi dan penjualan perseroan dapat dilakukan dengan optimal dalam iklim dan kondisi apa pun,” tuturnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Putri Werdiningsih