Triputra Group kembangkan bisnis singkong di Jabar



JAKARTA. Triputra Group terus melebarkan sayap usahanya di bisnis pangan. Setelah mendirikan PT Sumber Energi Pangan (SEP) yang bergerak di bidang beras, kini Tripugra melakukan ekspansi bisnis dengan mendirikan PT Sumber Cassava Indonesia (SCI) di Padalarang, Jawa Barat.

Presiden Direktur SEP Martinus S. Sinarya mengatakan, pembangunan SCI sudah mulai berjalan. Peresmian pendirian SCI telah dilakukan dengan ditandatanganinya akta pendirian oleh Martinus pada 29 Februari 2016 lalu di Jakarta. 

Di Padalarang, SCI memiliki lahan seluas 200 hektare (ha). Di atas lahan tersebut akan ditanami singkong dan dibangun pabrik pengolahan. Alasan memilih Padalarang sebagai lokasi ekspansi, kata Martinus, untuk memudahkan pengawasan dan pengembangan usaha baru tersebut.


"Tahun ini kita mulai melakukan tanam singkong dan membangun pabrik," ujarnya kepada KONTAN, Rabu (23/3).

Martinus memperkirakan, perusahaannya akan menggelontorkan investasi sekitar Rp 30 miliar untuk pembangunan pabrik pengolahan tersebut. Namun, kata dia, nilai persis investasinya masih dalam tahap studi kelayakan (feasibility study). 

Melalui studi uji kelayakan ini, SCI akan mendapatkan berapa skala ekonomi usaha baru ini sehingga dapat mengetahui berapa besarnya pabrik yang dibutuhkan dan biaya pembangunannya.

Saat ini, proses pembukaan dan pembersihan lahan sudah dilakukan. Bila pabrik dan lahan singkong di Padalarang berhasil, maka Triputra akan melebarkan sayap SCI di Kalimantan Barat (Kalbar) untuk penanaman singkong dan pabrik pengolahannya dengan skala yang jauh lebih besar.

Rencananya, pembangunan pabrik itu akan dilakukan pada tahun 2017-2018. Menurut Martinus, di Kalbar, Triputra Group memiliki lahan ribuan hektare untuk penanaman singkong.

SCI sendiri dipersiapkan untuk memproduksi dan mengembangkan produk turunan singkong. Salah satunya bisa menjadi produk substitusi dari tepung terigu yang terbuat dari gandum, yang selama ini sebagian besar diimpor. Peluang bisnis cassava ini masih besar dan belum digarap secara serius di Indonesia.

"Singkong itu panen sekali dalam sembilan sampai 11 bulan. Karena itu, SCI akan buat 12 model pabrik dan dihitung setiap pabrik butuh berapa ton singkong, kemudian dihitung berapa hektare lahan yang dibutuhkan untuk itu," imbuh Martinus.

Kedepannya, lanjut dia, SCI akan mengembangkan kebun singkong yang cukup luas dan ditanam secara bertahap. Sehingga, dapat panen setiap bulan selama satu tahun dan seterusnya. Dengan demikian, SCI dapat memproduksi singkong tiap bulan seiring dengan masa panen kebun singkong yang ditanam dengan urutan waktu panen saban bulannya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dikky Setiawan