Trisula akan memasarkan fesyen merek G2000



JAKARTA. Perusahaan garmen dan ritel PT Trisula International Tbk (TRIS) gencar menambah portofolio produk fesyen yang dipasarkannya. Yang terbaru, perusahaan ini telah berhasil menggaet satu merek pakaian buatan Hong Kong, yaitu G2000.G2000 merupakan merek pakaian yang membidik pembeli pria dan wanita kelas menengah atas. Pemegang merek tersebut adalah Trading 2000 Limited alias G2000 Group. Nah, demi memuluskan rencana mendistribusikan merek asing itu, Trisula telah membentuk usaha patungan atau joint venture bernama PT Triduaribu Bersatu pada Senin (3/9). Nantinya, perusahaan yang berlokasi di Jakarta Barat itu akan menjalankan bisnis impor pakaian sekaligus distribusi.Dalam patungan itu, Trisula memegang 51% saham, sisanya dimiliki Trading 2000 Limited. Perseroan menanamkan modal Rp 15,3 miliar di perusahaan baru itu.Direktur Pasar Ritel Trisula, Rudolf Simarmata menambahkan, pihaknya memilih G2000, lantaran melihat adanya kebutuhan untuk pakaian kerja merek internasional di pasar Indonesia. "Di samping itu, fitting produk G2000 bagus," ujarnya, kemarin (3/9).Saat ini, G2000 telah memasarkan produknya di 1.000 titik penjualan yang tersebar di 12 negara. Cina merupakan pangsa pasar yang terbesar, diikuti Taiwan, Thailand, Malaysia, Singapura, Vietnam, Uni Emirat Arab, Saudi Arabia, Siprus, dan Indonesia.Di Indonesia, sejauh ini, produk G2000 didistribusikan oleh perusahaan lain, dan telah memiliki 22 toko dan counter. Nah, dengan adanya joint venture itu, Trisula menargetkan titik penjualan produk G2000 akan bertambah menjadi 155 pada 2017. "Kami sudah mendapat komitmen dari department store besar yaitu Metro, Centro, dan Sogo," ungkap Rudolf. Namun dia enggan merinci investasi pembukaan setiap gerai. Sebagai gambaran, untuk membuka counter di dalam department store menelan biaya Rp 2 juta per meter persegi (m2), sedangkan untuk jenis toko sekitar Rp 4 juta per m2.Direktur Utama Trisula, Lisa Tjahjadi menargetkan, penjualan G2000 pada tahun depan bisa mencapai sekitar Rp 50 miliar, sementara dalam kurun waktu lima tahun mendatang diharapkan mencapai Rp 200 miliar. "Tetapi tahun ini merek baru itu belum bisa memberi kontribusi signifikan, mungkin hanya Rp 6 miliar-Rp 7 miliar," ujarnya.Kontribusi TSCPadahal tahun ini Trisula mengincar total penjualan sebesar Rp 591,4 miliar, dengan laba bersih Rp 29,4 miliar. Untuk mencapai target tersebut, ujar Lisa, Trisula akan menempuh beberapa aksi korporasi, seperti akuisisi 50% saham PT Trisco Tailored Apparel Manufacturing (TSC) pada Juli tahun ini.Berkat TSC, pada Juli 2012, Trisula mencatatkan pertumbuhan kinerja yang cukup tajam dibanding Juni. Penjualan meningkat dari Rp 141 miliar menjadi Rp 305 miliar. Laba bersih juga naik dari Rp 6,1 miliar menjadi Rp 9,3 miliar hingga akhir Juli 2012.Penjualan terbesar berasal dari merek Jack Nicklaus. Sekadar catatan, selama ini Trisula memiliki empat merek produk fesyen dan sekaligus memasarkannya, yakni Jack Nicklaus, JOBB, UniAsia, dan ManClub.Hingga Juli 2012, titik penjualan Jack Nicklaus sebanyak 59 titik. Sementara, untuk merek JOBB di 101 titik, UniAsia di 18 titik, dan Manclub sebanyak 214 titik. Mayoritas penjualan Trisula ke pasar ekspor yaitu mencapai 75%, sisanya pasar domestik. Dengan bergabungnya TSC, Australia akan menjadi penjualan Trisula terbesar, yaitu sebesar 30%. Menyusul Jepang dengan 26%, Amerika Serikat 19%, Uni Eropa 15%, dan pasar ASEAN 10%.Dibanding tahun lalu, pertumbuhan penjualan paling tinggi terjadi di Australia dan Asia. "Kami sangat kompetitif di wilayah timur dengan didukung oleh kondisi mata uang dan jaringan internasional," ungkap Lisa.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Dupla Kartini