JAKARTA. Pasca mengakuisisi perusahaan pemilik lisensi Hallmark di Singapura tahun lalu, PT Trisula International Tbk (
TRIS) mulai tancap gas membentangkan merek dagang anyar itu. Perusahaan itu menyiapkan dua strategi.
Pertama, membuka konter penjualan di dalam pusat perbelanjaan. Alasan Trisula membuka konter penjualan ketimbang toko mandiri, karena masih ingin mempelajari selera konsumen. Selain itu, Trisula belum mengoleksi banyak variasi produk di awal pengoperasian Hallmark. Asal tahu saja, Hallmark adalah merek perlengkapan mandi dan tidur asal Amerika Serikat. Antara lain berupa selimut, seprai, sarung bantal dan handuk.
Trisula baru berencana membuka toko sendiri tahun depan. "Tahun 2016 kami sudah bisa memetakan selera konsumen dan variasi produknya akan lebih banyak sehingga cocok untuk memenuhi toko," terang Marcus Harianto Brotoatmodjo, Sekretaris Perusahaan PT Trisula International kepada KONTAN, Senin (9/3). Jadi, untuk sementara di tahun ini, Trisula berencana membuka delapan konter penjualan. Satu konter sudah hadir di dalam SOHO Pondok Indah Mall, Jakarta. Lantas, pada 13 Mei 2015 nanti, perusahaan berkode TRIS di Bursa Efek Indonesia itu akan menghadirkan konter di SOHO Plaza Senayan, Jakarta. Enam konter lain akan menyusul dengan pilihan lokasi pusat perbelanjaan di wilayah Jabodetabek. Pilihan lokasi konter itu tak terlepas dari sasaran pasar Hallmark yakni kelas menengah atas. Ini terlihat dari banderol harganya. Ambil contoh harga perlengkapan tidur yang dilabeli Rp 699.000-Rp 4,29 juta. Sementara harga produk handuk mulai dari Rp 129.000-Rp 699.000. Untuk membuka satu konter, Trisula merogoh kocek sekitar Rp 200 juta. Itu berarti total anggaran membuka delapan konter Rp 1,6 miliar.
Kedua, menggenjot pemasaran untuk melekatkan merek Hallmark. Pilihan Trisula adalah menggelar promosi melalui media sosial. Target kontribusi 1% Selain itu, perusahaan tersebut juga akan meluncurkan jalur penjualan
online khusus Hallmark. Namun, rencana ini baru akan direalisasikan awal tahun 2016. "Saat ini kami sedang mempersiapkan untuk meluncurkan
online shopping tersebut," ujar Marcus. Meski telah menata strategi, rupanya Trisula sadar untuk tak berharap banyak di tahun pertama pengembangan bisnis. Trisula hanya menargetkan kontribusi pendapatan sebesar 1% dari penjualan Hallmark terhadap target penjualan tahun ini. Sepanjang tahun ini Trisula membidik pertumbuhan pendapatan 15% dari prediksi pendapatan 2014 yang sebesar Rp 750 miliar. Itu berarti target pendapatan tahun 2015 sekitar Rp 862,5 miliar. Berarti target kontribusi pendapatan dari Hallmark tahun ini baru sekitar Rp 8,63 miliar.
Namun Trisula meyakini potensi Hallmark menjanjikan di tahun yang akan datang. "Dulu orang sudah kenal merek ini sebagai merek kartu ucapan tapi yang kami usung adalah produk
bed linen yang memiliki potensi besar sehingga kami jalankan produk ini," kata Marcus. Sementara proyeksi kontribusi lain berasal dari penjualan merek ritel yang sudah lebih dahulu dimiliki Trisula. Meliputi target 36% dari JOBB, atau sebesar Rp 310,5 miliar. Lantas, 27% kontribusi dari penjualan Jack Nicklaus , atau sebesar Rp 232,88 miliar. Kontribusi lain dari penjualan G2000 sebesar 23%, atau sebesar Rp 198,38 miliar. Sisanya, 13% dari penjualan merek Man Club, Uniasia dan Bonds. Kalau dihitung, target penjualan tiga merek tersebut adalah Rp 112,13 miliar. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Sanny Cicilia