JAKARTA. Bagi perusahaan yang biasa menggarap pasar ekspor, nilai penjualan dari pasar ritel domestik memang kecil. Tapi, dengan menekuni pasar ini, kontribusi penjualannya bisa pula jadi berarti. Lihat saja apa yang dilakukan produsen garmen PT Trisula International Tbk. Mereka menargetkan kontribusi pendapatan dari penjualan ritel tahun ini sebesar 20% dari total pendapatan perusahaan. Sebagai catatan, Trisula menargetkan pendapatan Rp 800 miliar pada tahun ini. Itu berarti, target penjualan ritel sebesar Rp 160 miliar.
Sementara, pada 2013, perusahaan berkode TRIS di Bursa Efek Indonesia ini menyatakan, penjualan ritel berkontribusi 18%. Dengan total pendapatan Rp 670,29 miliar sepanjang tahun lalu, berarti penjualan ritel yang dimaksud sekitar Rp 113,95 miliar. Tjhoi Lisa Tjahjadi, Direktur Utama Trisula Internasional Tbk, menyatakan optimistis target kontribusi ritel 20% tersebut bisa terlampaui. Paling tidak ada, dua katalis positif yang mendukung target ini.
Pertama, Lebaran. Selama momen ini, Trisula mencatat bisa meraup penjualan ritel hingga dua kali lipat saban harinya, dibandingkan dengan hari biasa. Padahal, penjualan garmen stagnan. "Sejauh ini penjualan ritel sudah berkontribusi 13% dari target pendapatan," ujar Lisa kepada KONTAN, akhir pekan lalu.
Kedua, tambahan penjualan ritel dari Mido Uniform Pte Ltd. Trisula meyakini hingga akhir tahun nanti, Mido bisa menyumbang penghasilan Rp 10 miliar–Rp 15 miliar. Seperti yang pernah diberitakan KONTAN, tahun ini Trisula mengakuisisi Mido, perusahaan penyalur dan penjual seragam dari Singapura. Laporan keuangan Trisula per 30 Juni 2014 menyebutkan, nilai akuisisi yang menguras kocek Rp 22,95 miliar itu baru tuntas pada 20 Juni 2014. Lantaran baru resmi bergabung pertengahan tahun, Trisula tak bisa mematok target kontribusi Mido lebih besar lagi. Padahal, perusahaan ini meyakini Mido bisa mendatangkan fulus hingga Rp 48 miliar setahun. Selain dua katalis tadi, upaya Trisula mengejar ceruk pasar ritel juga terlihat dari strateginya memperbanyak gerai. Perusahaan ini menargetkan memiliki 310 gerai ritel tahun ini. Hingga Juni, perusahaan ini mengaku telah mendekap 276 gerai. Laba melorot Sepak terjang terbaru terlihat dari rencana Trisula membuka tiga gerai Hallmark. Tanpa menyebutkan pasti nilai investasinya, Lisa pernah memberikan gambaran, total investasi tiga gerai Hallmark tidak lebih dari Rp 3 miliar.
Sebagai pengingat kembali, Hallmark adalah merek produk tempat tidur dan kebutuhan mandi dari Negeri Uwak Sam. Pada akhir Juli lalu, Trisula mengabarkan baru saja mengakuisisi perusahaan dari Negeri Singa yang memiliki lisensi Hallmark. Rencana penambahan tiga gerai baru Hallmark tersebut bakal menggenapi tiga gerai Hallmark yang sudah berdiri di bawah naungan perusahaan pemilik lisensi sebelumnya, dan otomatis beralih menjadi milik Trisula. Adapun lokasi tiga gerai Hallmark yang sudah beroperasi berada di Ibukota, yakni Metro Department Store Senayan, Metro Department Store Pondok Indah, dan Sogo. Di balik rencana manis yang ada, Trisula patut waspada. Meski mampu mencetak pertumbuhan penjualan sebesar 10,77% menjadi Rp 351,46 miliar pada semester I–2014, tapi secara bottom line turun. Laba komprehensif tahun berjalan Trisula susut 13,15% menjadi Rp 14,53 miliar. Lisa beralasan, laba periode ini tergerus karena perusahaannya banyak berekspansi membuka gerai baru. Sementara "Omzet di beberapa pos baru belum bisa mengimbangi biaya yang kami keluarkan," papar Lisa. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anastasia Lilin Yuliantina